HIDUPKU UNTUK NEGARAKU.

Hanya untukmulah seluruh yang aku dapatkan untuk membangun kemajuan negara kesayanganku yang selalu tercantum dalam jiwa dan ragaku ini, semoga perjuangan ini bermanfaat bagi negeriku. Rasa syukur saya panjatkan hanya kepdamu ya Allah swt dan bagi keluargaku SURRE TURUBUH semoga anakmu ini selalu menjadi yang terbaik didunia dan akhirat.....amin.
Powered By Blogger

30/12/09

KEBIASAAN-KEBIASAAN DUNIA DAN AKHIRAT.

Kepentingan Dunia dan Akhirat. Penyakit terbesar umat manusia dari dulu sampai sekarang adalah Hubud dunya, yaitu kecintaan yang berlebihan terhadap harta dunia. Pada dasarnya orang-orang yang terlalu dilarutkan oleh gemerlap dunia semata bahkan terkesan berlebih-lebihan, sebenarnya tidak meyakini bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya bersifat sementara. Kalau mereka memahami akan hal ini tentu hidup berlebih-lebihan dan hedonisme akan mereka hindari. Ajaran Islam selalu menekankan pada umatnya untuk selalu memupuk sifat tawazun, yaitu pandai menyeimbangkan antara kepentingan dan kebutuhan dunia dengan kepentingan dan kebutuhan akhiratnya. Manusia sekarang sedang hidup di dunia, setelah itu pasti akan mati, maka sudah seharusnya setiap diri mencari bekal untuk akhirat, disamping kesibukan didalam memenuhi kebutuhan hidup didunia. Sangat diharapkan dari hal ini adalah mendapatkan nikmat dunia dan hasilnyapun dapat dipetik dikehidupan akhiat kelak.


Berfiman Allah ‘ Dan carilah, dengan (kekayaan) yang dianugerahkan Allah kepadamu negeri akhirat, dan janganlah lupa bagianmu dudunia ini. Berbuat baiklah sebagai mana Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah mencari (kesempatan) melakukan kerusakan dimuka bumi. Sungguh Allah tidak suka orang yang melakukan kerusakan.’ (Qs Al Qassas-77). Dijelaskan, ayat ini turun berkenaan dengan kisah Qarun. Seorang yang sangat kaya raya dan hidup dizaman nabi Musa As, tetapi sangat sombong dan angkuh kepada Allah (kufur) dan sangat sombong terhadap sesama manusia dengan berprilaku sombong dan sangat kikir sekali. Parahnya lagi setiap himbauan dan seruan nabi Musa As untuk beriman pada Allah dan membuang sifat sombong maupun bakhilnya itu, selalu dibantah dan ditolaknya. Akibat sikap Qarun yang keterlaluan dan sudah diluar batas Allahpun turun tangan, seluruh harta kekayaannya plus dirinya ditenggelamkan Allah kedalam perut bumi, itulah bentuk kemukaan Allah terhadap Qarun yang bukan hanya sekedar dongeng belaka pengantar tidur lelah si buyung

Begitu juga dizaman sekarang ini sepotong firman Allah diatas lengkap dengan kisahnya, sangat baik dijadikan pelajaan didalam memenuhi segala kebutuhan hidup dengan tidak melupakan atau melalaikan kehidupan yang abadi kelak. Diakhiat ada sorga dngan segala kenikmatannya, sorga itu merupakan asal nenek moyang seluruh umat manusia yang diciptakan langsung oleh Allah Swt. Maka sudah sepantasnya setiap umat manusia khususnya umat Islam merindukan negeri asalnya tersebut, dengan banyak melakukan amal kebajikan dan amal shaleh. Kenapa amal shaleh?, karena amal shaleh yang diiringi dengan berbagai aneka kebaikan merupakan penyempurna keimanan seseorang. Barang siapa yang melakukan hal ini dengan penuh kesadaran akan mendapat ganjaran dari Allah berupa ampunan dosa, kalau segala bentuk dosa sudah mendapat rekomendasi ampunan dari Allah ujung-ujungnya adalah kenikmatan yaitu sorga.

Iniah tempat bagi oang-orang yang beruntung.’ Ingatlah hari diwaktu itu Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan untuk dihisab. Itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh niscaya Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan memasukannya kedalam sorga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai mereka kekal didalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar. (Qs At Taqhabun-9). Ayat diatas sudah jelas menerangkan bahwa segala perbuatan manusia suatu saat nanti pasti akan dipertanyakan (dihisab). Segala bentuk prilaku baik dan buruk akan dibuka, tak ada yang sanggup berbohong dan dibohongi, semua angota tubuh akan ikut berbicara memberikan kesaksiannya masing-masing. Dari hasil kesaksian inilah yang akan menempatkan diri kita pada kenikmatan sorga atau kesengsaraan dan kepedihan azab neraka jahanam.

Namun, sudah terang dan jelas ayat-ayat Al Quran maupun Hadis Saw mengingatkan tetap saja manusia itu senang bergumul dengan hal-hal yang dilarang Allah. Sudah tidak sedikit dari umat manusia yang diseret oleh gelombang duniawi dan hawa nafsu. Materi pangkat dan jabatan seolah-olah sudah menjadi prioritas utamanya. Segala sesuatu saat ini selalu diukur dengan uang, bahkan keadilan acap kali terdiam karena ditimbun uang. Bahkan yang sangat menyedihkan agama pun akan mereka hormati kalau ada menghasilkan uang. Orang hanya akan dihormati dan disegani karena mereka memiliki banyak uang, disisi lain para tokoh-tokoh agama dengan fatwanya sering disingkirkan karena mereka tidak memiliki kekayaan yang melimpah dsb. Inilah tanda dari sekian banyak tanda akhir zaman, manusia sudah dipebudak harta. Bersabda Rasulullah Saw ‘ Manakala akhir zaman telah/akan datang, maka ukuran agama dan manusia adalah dirham dan dinar. (Hr Imam Thabrani).

Oleh karena itu selama hayat masih dikandung badan marilah kita sama-sama meevaluasi tentang amal perbuatan, apakah yang kita tunaikan selama ini sudah sesuai dengan ajaran Islam, yang hasilnya nanti dapat dipetik dan dirasakan diakhirat nanti. Orang bijak memberi nasehat, ketika sehat bekerjalah dengan giat dan sungguh-sungguh, karena terkadang rasa sakit datang secara tiba-tiba. Dan ketika masih hidup, isilah kehidupan ini dengan hal-hal yang positif, karena yang namanya ajal kedatanganyapun tidak bisa diprediksikan. Bekerja dan berusaha untuk meraih kebahagiaan hidup didunia dan akhirat secara simbang sudah seharusnya diterapkan dalan setiap diri umat Islam. ‘ Iqmalidunyaka kanaka tamutu qadan .’ Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.’.

Dijelaskan, mengunakan dunia untuk akhiat bermakna, selalu mengunakan nikmat yang diperoleh didunia sebagai sarana untuk melakukan kebajikan, yang pahalanya akan didapatkan diakhirat nanti. Dan keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi meupakan unsur mutlak didalam meraih keinginan ini. Pada dasarnya aktivitas duniawi adalah menemuan kecukupan materi dengan jalan baik lagi halal untuk dinikmati didunia. Sedangkan untuk akhirat dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai petunjuk agama Islam seperti suka bersedekah, infak, menolong kaum duafa dsb. Selalu ditekankan bahwa umat Islam itu sangat perlu sekali menerapkan prilaku hidup seimbang dalam meraih kepentingan dunia dan akhirat. Hidup manusia ini harus selalu berpacu dengan waktu, jangan sampai kita bosan didalam menjalani sang waktu, kita dituntut untuk mampu memainkan waktu yag singkat ini seevisien dan seevektif mungkin. Bersabda Rasulullah Saw.’ Barang siapa yang amal usahanya lebih baik dari hari kemarin.maka orang itu termasuk orang yang beruntung. Dan jika amal usahanya sama saja dengan yang kemarin termasuk kategori orang yang rugi. Dan jika amal usahanya lebih buruk dan memprihatinkan bahkan mengecewakan dari hari kemarin maka inilah orang yang tekutuk.’ (Hr Thabrani). Termasuk manusia seperti apakah diri kita?. Allah Hu A’llam. . [ Terbit Pada Harian Haluan, Pada Tanggal 15 Agustus 2008 ]

7 KEBIASAAN MANUSIA YANG SANGAT TIDAK EFEKTIF.

Anda mungkin sudah pernah membaca buku karangan Stephen R. Covey yang berjudul 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif, yang juga merupakan salah satu buku best seller international. Jika anda belum pernah membacanya, saya sangat merekomendasikan buku tersebut kepada anda. Buku wajib yang perlu anda miliki jika anda ingin mengembangkan kepribadian anda. Anda bisa mendapatkannya di toko-toko buku favorit anda.
Pada kesempatan kali ini saya akan mensharingkan kepada anda kebiasaan-kebiasaan manusia dari sudut pandang yang berlawanan, yaitu 7 Kebiasaan Manusia yang Sangat TIDAK Efektif.
Tujuh kebiasaan ini harus anda hindari. Mungkin anda sendiri tidak menyadarinya karena sudah menjadi kebiasaan anda sehari-hari.
Apa saja 7 kebiasaan tersebut, mari kita lihat bersama-sama :
1. Tidak ’menampakkan diri’
Salah satu hal paling sederhana namun memiliki efek yang sangat besar untuk anda dalam meraih kesuksesan - entah itu dalam kehidupan sosial, karir, keuangan ataupun kesehatan – adalah tampakkan diri anda lebih sering.
Apa maksud ’menampakkan diri’ disini? Saya akan memberikan sebuah ilustrasi : Jika anda ingin memperbaiki kesehatan anda, maka salah satu hal terpenting dan terefektif adalah anda menampakkan diri di tempat kebugaran sesuai dengan jadwal latihan anda.
Mungkin saat itu cuaca sedang tidak mendukung sehingga anda merasa enggan sekali keluar dari rumah. Namun jika anda tetap memaksakan diri untuk pergi meskipun anda malas, maka anda sudah memperbaiki mental anda jauh lebih cepat dibanding anda hanya duduk di sofa sambil menonton tv.
Saya rasa ini berlaku di semua area dalam hidup anda. Jika anda menulis lebih sering, maka suatu saat anda akan menjadi penulis top dimana hasil tulisan anda akan selalu ditunggu orang untuk dibaca. Jika anda sering bertemu atau berkumpul dengan teman-teman, maka kemungkinan anda bertemu dengan seseorang yang spesial bertambah besar.
Hanya dengan anda ’menampakkan diri’ lebih sering akan membuat sebuah perbedaan yang sangat besar untuk kesuksesan anda. Jika tidak, anda tidak akan pergi kemana-mana.
2. Menunda pekerjaan
Ada 2 kondisi yang menyebabkan seseorang menunda pekerjaannya :
- Pertama, dia memiliki pekerjaan yang sangat menumpuk. Dia bingung apa yang harus dia kerjakan terlebih dahulu. Akhirnya dia tidak mengerjakan apa-apa.
- Kedua, dia hanya memiliki sedikit pekerjaan, sehingga dia berpikir untuk menundanya terlebih dahulu.
Terlepas dari apapun kondisi anda, dibawah ini adalah beberapa cara yang bisa anda lakukan agar anda dapat keluar dari kebiasaan menunda ini :
- Lakukanlah tugas terberat dan terpenting terlebih dahulu di pagi hari. Awal yang baik di pagi hari akan membuat momentum yang positif sehingga anda akan menjalani sisa hari anda dengan lebih bersemangat.
- Anda mungkin sering mendengar sebuah joke : bagaimana caranya makan seekor gajah? ….. Jangan memakannya dalam sekali gigit! Jika anda hanya berpikir tugas yang menumpuk sedang menanti anda, kepala anda dapat menjadi penat, akhirnya akan membawa anda pada penundaan. Pecahlah tugas anda menjadi langkah-langkah kecil, dan fokuslah pada langkah pertama. Setelah selesai, anda bisa melanjutkan ke langkah kecil berikutnya. (saya pernah mengulas juga di artikel Bagaimana Tetap Termotivasi Untuk Menyelesaikan Apa yang Telah Anda Mulai)
- Jika anda berpikir untuk menunda pekerjaan karena anda hanya memiliki sedikit pekerjaan, sebaiknya anda mulai berpikir bagaimana jika tiba-tiba anda mendapatkan tugas baru sementara tugas yang lama belum anda kerjakan. Gunakan selalu prinsip : ’lakukan sekarang juga hal-hal yang bisa anda lakukan sekarang’.
3. Anda melakukan sesuatu yang sebetulnya tidak penting
Kebiasaan lainnya yang tidak produktif, selain menunda, adalah anda menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak penting.
Untuk menghindari hal ini, tuliskan 3 hal penting yang harus anda lakukan setiap hari, entah itu diatas kertas atau di notebook anda, dan mulailah mengerjakannya dari urutan teratas. Meskipun anda hanya sanggup menyelesaikan 1 pekerjaan saja, namun setidaknya anda telah melakukan hal terpenting yang perlu anda lakukan di hari tersebut.
Apapun cara yang anda gunakan dalam mengatur pekerjaan anda, prioritas utama tetaplah menemukan hal-hal terpenting yang perlu anda lakukan setiap harinya. Teknik ini juga merupakan bagian dari manajemen waktu yang efektif, sehingga anda tidak menghabiskan hari-hari anda dengan melakukan hal-hal yang tidak penting. Menyelesaikan suatu pekerjaan dengan cepat tetap tidak akan berarti jika anda melakukan hal yang tidak penting.
Saya akan coba memberikan contoh sederhana. Misalkan anda adalah seorang manajer sebuah departemen produksi. Suatu ketika anak buah anda melakukan kesalahan sehingga produk yang dihasilkan mengalami cacat. Mana yang akan anda pilih :
1. Anda bersama anak buah anda memperbaiki produk yang cacat tersebut; atau
2. Anda mencari solusi agar kejadian tersebut tidak terulang kembali.
Saya rasa anda sudah menangkap maksud saya mengenai hal yang penting dan tidak penting.
4. Berpikir terlalu lama
Orang yang berpikir terlalu lama, otomatis akan membuatnya kurang mengambil tindakan. Terjebak dalam analisa yang berlebihan dapat membuang waktu-waktu berharga dalam hidup anda. Tidak ada yang salah dengan berpikir sebelum melakukan tindakan, bahkan sangat diperlukan hal semacam itu. Melakukan penelitian, membuat rencana, menggali potensi-potensi keuntungan serta masalah yang mungkin terjadi.
Namun berpikir, berpikir dan terus berpikir adalah cara lain mensia-siakan hidup anda. Anda tidak perlu menganalisa semua hal dari setiap sudut. Anda tidak bisa menunggu waktu yang betul-betul tepat untuk menjalankan aksi anda. Percayalah waktu tersebut tidak akan datang. Anda juga tidak perlu merisaukan bagaimana jika kegagalan menghampiri anda. Jika anda tetap berpikir dan terus berpikir semakin dalam, maka anda akan semakin sulit untuk mengambil tindakan.
Berhentilah berpikir, lakukan sekarang juga apapun yang perlu anda lakukan, pergilah kemanapun anda perlu pergi.
5. Melihat sisi negatif dari setiap hal
Ketika anda melihat segala hal dari sudut yang negatif, maka sebetulnya anda telah menjatuhkan motivasi anda sendiri. Anda menemukan kekurangan dimana-mana dan masalah-masalah yang mungkin tidak betul-betul ada, contohnya ketika anda mencari alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Saya yakin dari sudut yang negatif anda setidaknya akan menemukan 10 alasan.
Contoh yang lain, anda mencari seseorang yang mau mendengarkan keluh kesah anda – padahal sebetulnya tidak ada yang mau mendengarkan keluhan anda – tentang pekerjaan dan kehidupan anda yang menjenuhkan atau atasan anda yang menyebalkan. Ketahuilah bahwa anda akan menciptakan hidup anda sesuai dengan apa yang anda pikirkan dan bagaimana anda memandang lingkungan anda. Jika anda memandang kehidupan anda begitu menjemukan, anda akan memiliki kehidupan yang benar-benar menjemukkan.
Yang perlu anda lakukan tidak lain adalah anda menantang pada diri anda sendiri untuk selalu berpikir positif selama 7 hari kedepan. Lihatlah nanti hasil luar biasa yang akan anda dapat.
6. Keras kepala pada pendirian anda sendiri dan menolak pendapat orang lain
Memang sulit untuk mengakui atau berjiwa besar bahwa pendapat anda bukanlah pilihan yang terbaik. Sehingga anda ngotot pada pendapat anda dan menutup pikiran anda dari pengaruh orang lain. Kondisi ini dapat menyebabkan anda sulit untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih efektif.
Saran untuk mengatasi permasalah ini adalah anda menyadari bahwa manusia mempunyai batas atas hal-hal yang ia ketahui. Anda harus terbuka untuk menerima pelajaran atas kesalahan anda sendiri, kesalahan orang lain atau sumber-sumber lainnya seperti buku.
Ketika otak anda selalu dikosongkan untuk menerima hal-hal baru, secara tidak sadar level anda telah naik ke level yang lebih tinggi, begitu seterusnya. Namun perlu diingat, jangan pula anda terjebak seperti dijelaskan di no.4. Pengetahuan baru yang anda terima, perlu anda terapkan dan coba dalam kehidupan anda, jangan hanya menjadi pengetahuan semata saja.
7. Membiarkan informasi membanjiri otak anda
Kebalikan dari poin 6 diatas, di poin 7 ini anda justru membiarkan seluruh informasi mengalir ke otak anda tanpa penyaringan. Jika anda melakukan ini, maka akan sulit bagi anda untuk berpikir dengan jernih. Beberapa kondisi yang menyebabkan anda seperti ini adalah :
- Banyak informasi yang anda terima adalah negatif. Media-media dan lingkungan di sekeliling anda sering memberikan informasi-informasi negatif, seperti : penipuan, perampokan, pembunuhan, gosip dsb. Jika anda tidak selektif dalam memilih berita, anda dapat terpengaruh secara negatif juga, entah itu secara pikiran, perasaan maupun tindakan.
- Ada suatu dorongan dalam diri anda untuk selalu mengetahui informasi terkini, namun seberapa cepat anda mengikuti perkembangan dengan berbagai alat yang anda miliki, akan selalu ada puluhan bahkan ratusan hal baru yang terjadi yang tidak bisa anda ikuti. Hali ini justru dapat membuat anda menjadi stress.
Sulit untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan jika otak anda terus dibanjiri dengan informasi-informasi. Bahkan anda dapat terjebak melakukan kebiasaan seperti disebutkan di poin 3. Anda sibuk dan sibuk terus melakukan pekerjaan namun sebetulnya pekerjaan yang tidak penting.
Untuk dapat fokus, berpikir jernih dan mengambil tindakan, perlu sekali untuk anda menseleksi bahkan jika perlu membatasi akses informasi yang masuk ke otak anda, misalkan ketika anda sedang menyelesaikan suatu pekerjaan, anda melakukan hal-hal seperti : mematikan telepon anda, internet dan pintu ruangan anda. Anda akan melihat hasil yang menakjubkan ketika anda tidak diinterupsi setiap 10 menit oleh email atau website-website favorit anda.
*****

LOGIKA TINDAKAN

Logika Tindakan: Menuju Kedewasaan Bertindak*

Oleh: M. Tata Taufik

Pengantar:

Bagaimana pendapat anda jika anda sedang antri di ATM misalnya, lalu ada seorang mahasiswa dengan memakai jaket almamater, mengendap-ngendap menuju pintu ATM di antara para pengantri, lalu ketika pemakai keluar dari kotak ATM dia menyerobotmasuk? Dan bagaimana juga pendapat anda jika seorang mahasiswa naik bis kota walau kondektur bis tidak minta onggkos –mungkin karena terlewat—lalu dengan senang hati sebelum ia bayar dahulu sesuai dengan tarip yang berlaku? Mungkin anda setuju jika yang pertama dinilai tidak beradab dan yang kedua dinilai kearipan. Itulah dua wajah mahasiswa yang pernah dijumpai di Republik ini.

Logika Tindakan:

Tugas utama logika adalah untuk menyusun sistematika dari sederetan kalimat dan konsekwensinya[1] dalam berpikir deduktif[2]. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah, mengidentifikasi karakter dari berbagai pernyataan (kalimat) yang memiliki konsekwensi logis, berbagai premise diajukan untuk mendukung pernyataan lain, yang kemudian disebut argumen, yang membantu menuju pada kongklusi (kesimpulan). Jika argumennya benar maka disebut valid.

Tindakan berarti melakukan sesuatu, melakukan sesuatu karena, atau melakukan sesuatu untuk. Jadi suatu perbuatan yang dilakukan karena alan-alasan tertentu, atau perbuatan sengaja dilakukan untuk mencapai tarap atau tahapan tertentu. Selain tindakan juga bisa diartikan perbuatan yang dilakukan atas nama seseorang, bisa juga berarti tindakan karena termotivasi sesuatu.[3]

Secara umum logika berarti pembuktian suatu pernyataan dengan menggunakan argumen deduktif, dan tindakan adalah perbuatan atau tingkah laku yang muncul karena alasan tertentu, tujuan, atau motivasi tertentu, bisa juga karena mewakili kelompok atau institusi tertentu. Maka logika tindakan bisa diartikan; suatu alasan sistematis yang berlaku umum dan mendasari / melatarbelakangi terjadinya suatu tindakan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa yang dimaksud logika tindakan adalah pertanyaan sekitar; mengapa ini perlu dan mengapa ini tidak perlu? apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan?

Menurut karakternya yang asli logika berarti berfikir deduktif, menarik kaidah-kaidah umum untuk dijadikan dasar kaidah khusus. Seperti unkapan orang terpelajar sangatlah kritis, mahasiswa terpelajar, mahasiswa harus kritis. Dari mana muncul pernyataan orang terpelajar itu kritis, dari pengamatan dan pengalaman, karena mahasiswa merupakan sosok makhluk yang sedang dalam proses pembelajaran (to be terpelajar) maka ia harus memiliki sikap kritis sebagai ciri umum dari keterpelajaran. Adanya “keharusan” bersikap kritis bagi mahasiswa sebagai konsekwensi dari status keterpalajarannya. Maka keterpelajaran sebagai alasan (argumen) yang mendasari keharusan bersikap kritis bagi mahasiswa.

Kerangka Tindakan:

Dalam bertindak setidaknya memiliki kerangka yang harus tersusun secara sistematis, dimulai dari realita atau kenyataan yang dihadapi/ ditemui dalam keseharian, kemudian kenyataan tersebut diperhatikan secara seksama (cermat). Hasil dari perhatian yang cermat itu dipilah-pilah sesuai dengan ciri-ciri masing-masing. Kemudian dicarikan kaidah umum yang berlaku, lalu berdasarkan kaidah umum itu digabungkan dengan hasil pengamatan tadi dibuatlah suatu pernyataan yang mengisyaratkan pencakupan atas apa yang terjadi kemudian didapat kesimpulan yang menjadi dasar tindakan yang akan dilakukan.

Maka secara sitematis bisa disusun suatu kerangka berfikir sebagai berikut: observasi; untuk menentukan kaidah umum, memilah-milah (persamaan dan perbedaan) anatara kaidah umum dengan kenyataan yang ada, untuk melihat kesamaan tindakan apa yang bisa dilakukan. Dari kesmamaan itu dibuatlah premis-premis yang akan dijadikan penghubung antara dua kenyataan tadi sehinga dapat ditarik kesimpulan darinya. Logika seperti ini adalah logika deduksi. Dan lebih banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari. (penentuan kaidah umum melihat kenyataan memilah-milah kenyataan menemukan kesamaan dan perbedaan tindakan /kesimpulan).

Gambaran sederhana adalah seperti saat seorang mahasiswa melihat seorang mahasiswi, dalam pengetahuannya (karena dia telah baca primbon wanita) jika rambutnya ikal, muka oval,kulit putih, maka dia orang baik dan cocok dibawa usaha apa saja. Maka mahasiswa tersebut mengamati mahasiswi tadi, apakah rambutnya ikal, apakah mukanya oval? kulitnya putih? Langkah pengamatan ini untuk memilah sifat-sifat yang dimiliki tadi, serta melihat kesamaan (kemiripan) antara kenyataan (mahasiswi) dengan kaidah umum yang dia tahu. Langkah tersebut akan melahirkan tindakan apakah ia akan mengajak kenalan (mendekati) atau menjauhi.

Dalam tulisannya Mantik Profetik:Sirah Sepanjang Masa A.Luqman Vichaksana mengisyaratkan bahwa maksud logika tindakan adalah gaya bertindak atau paradigma bernalar dan bertindak[4]. Jadi dasar bertindak (logika tindakan) bagi muslim menurutnya adalah iman dan nalar.

Ketika dihubungkan dengan “kemahasiswaan” dan “Keislaman”, maka paradigma (kerangka) tindakan yang diapakai adalah kerangka keislaman. Jadi seorang mahasiswa muslim bertindak harus berdasarkan pada kaidah-kaidah umum yang bersifat universal dan berdasarkan Islam. Untuk kemudian dihubungkan dengan partial-partial yang lebih khusus (menterjemahkan kaidah-kaidah umum yang islami pada realitas sosial maupun individual). Kaidah-kaidah tentang keadilan, kejujuran, kesederhanaan, keberanian, etos kerja, amanah, kritis (prinsip tawashau bilhaq dan tawashau bisabr), amar ma’ruf dan nahi mungkar, misalkan semuanya merupakan kaidah umum yang bisa dijadikan dasar bagi upaya-upaya perjuangan untuk mewujudkan keadilan, kampanye kejujuran, anti korupsi dan seterusnya.


Objek Tindakan:

Apa yang bisa dijadikan objek tindakan? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan melihat realitas. Kenyataan yang dihadapi manusia senatiasa menjadi stimuli untuk bertindak (sebagai respon). Karena kalau dilihat bahwa kehidupan adalah bagaikan gugusan antara stimuli dan respon.

Berbagai temuan di dalam kehidupan sosial maupun individual tersebut merupakan rangsangan untuk bertindak (dalam makalah ini disebut objek tindakan).Realitas sosial apa saja bisa dijadikan sebagai objek tindakan; keadilan sosial, keadilan ekonomi, patalogi sosial, pemerataan pendidikan dan lain-lain semuanya bisa dijadikan objek tindakan. Hakekat keberadaan seseorang akan terlihat dalam posisi dan perannya dalam suatu kehidupan sosial tertentu (bahasa haditsnya: sebaik-baik manusia adalah yang berguna bagi manusia lain).

Selain temuan dalam realitas sosial, ada juga temuan dalam realitas yang bersifat individual, seperti dalam contoh mahasiswa dan mahasiswi di atas. Realitas sosial akan melahirkan tindakan yang bersifat sosial juga, sebagaimana realitas individual akan melahirkan tindakan individual.

Objek tersebut akan sangat ditentukan oleh kepekaan dan kepedulian terhadap realitas, hal ini erat sekali hubungannya dengan kemampuan berfikir kreatif; mengubah yang lama menjadi nampak baru atau mencipta suatu yang baru. Suatu realitas bisa saja sangat berarti bagi seseorang atau bagi kelompok terntentu, namun dinilai tidak berarti bagi individu/ kelompok lain. Yang membedakan “berarti atau tidaknya” suatu realitas adalah karena derajat perhatian dan kepekaan yang berbeda, interes dan latar belakang pengetahuan yang berbeda. Maka semakin peka dan tanggap seseorang terhadap apa yang ada di sekelilingnya, akan semakin mampu dia merumuskan logika tindakan apa yang bisa dilakukan; dalam arti yang sederhana –mampu bertindak cepat.[5]

Sarana Tindakan:

Bertindak dalam kerangka Islam memiliki dua tugas pokok, jika dihubungkan dengan kehidupan sosial; amar am’ruf dan nayi mungkar[6]. Dengan apik dilukiskan dalam surat al-A’shr, “bahwa semua tindakan adalah sia-sia; kecuali merka yang menjadikan iman sebagai dasar tindakan, lalu diwujudkan dalam bentuk perbuatan baik (relevan) dan sesuai dengan noma serta kebutuhan zamannya, senantiasa memberi nasehat dan mengkritik berbagai kekeliruauan”.

Sarana yang dipakai dalam kontek ini sejalan dengan yang dikembangkan Rasul saw adalah; power (dilukiskan dengan tangan), perkataan atau bahasa (dilukiskan dengan lisan) dan terakhir dengan do’a atau sikap diam yang berarti aktif (dilukiskan dengan qalb).

Melalui tiga sarana tindakkan di atas Rasul saw mengajarkan ummatnya untuk senantiasa tidak kompromi terhadap bentuk kemungkaran. Hanya saja ketika dihubungkan dengan perkembangan modern, maka saran tersebut membutuhkan serentetan kegiatan seperti penentuan pokok permasalahan, pembahasan terhadap masalah serta rumusan tindakkkan yang bisa diambil. Apakah dengan power, dengan bahasa, atau dengan do’a saja. Semuanya berarti menuntut adanya studi dan diskusi untuk sampai pada penentuan sikap dan tindakkan. Berkenaan dengan ini Ibnu Taimia membuat satu kaidah bahwa menyuruh kepada kebaikan (amar ma’ruf) harus dengan cara yang baik (ma’ruf) dan sebaliknya mencegah kemunkaran tidak dengan menggunakan kemunkaran[7].

Bahasa Tindakan:

Bahasa dari sudut medianya memiliki dua bentuk yaitu bahasa lisan dan tulisan, yang paling awal dari kedua bentuk ini adalah bahasa lisan. Bahkan bahasa yang dijadikan objek bahasan linguistik adalah bahasa yang menghubungkan isi fikiran manusia dengan bunyi yang dihasilkannya (ucapan). Yaitu bahasa yang menghasilkan serta menerima bunyi hingga terjadi proses ujaran. Sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa yang berbeda yang bertujuan untuk melukiskan bahasa yang terucap (ujaran) dengan cara yang terlihat, bisa disebut visualisasi ujaran. Jadi tulisan merupakan penemuan baru setelah penemuan bahasa lisan. Simbol huruf adalah nomor dua dibanding dengan simbol bunyi yang terucap. Maka tulisan tak ubahnya sebagai simbol dari simbol Demikian Tegas Edward Sapir.[8]

Yang dimaksud bahasa lisan adalah ujaran berupa leretan bunyi yang diucapkan oleh manusia sebagai alat komunikasi antara pembicara / penutur dengan pendengar.[9]Jadi bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap dengan fonem sebagai unsur dasarnya. Sedangkan yang dimaksud dengan bahasa tulisan adalah bunyi bahasa yang dilambangkan dalam tulisan berupa leretan huruf sebagai alat komunikasi antara penulis/ pengarang dengan pembaca.[10]Atau bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.

Sampai kini perkataan (ucapan maupun tulisan) merupakan dasar dari tabligh (penyampaian pesan maupun ajaran) bahkan semakin berkembang cara penyajian dan gayanya. Ungkapan-ungkapan (kalimat) tersebut berupa ucapan, tulisan, penekanan intonasi dan penyajian dalam bentuk gambaran, lantunan suara merupakan pangkal utama dalam tabligh dan dakwah, sekaligus juga merupakan media komunikasi menurut istilah sekarang.

Harus diakui bahwa ilmu komunikasi dewasa ini telah mencapai kemajuan besar dalam studi dan analisis terhadap berbagai dimensi manusia dan kehidupannya. Dimensi kejiwaan, minat dan kecenderungan manusia, tradisi dan kebiasaan yang berlaku, pemikiran dan sarana-sarana yang bermanfaat untuk menekankan pengaruh komunikasi terhadap diri manusia. Selain itu studi atas media dan sarana komunikasi telah menghasilkan berbagai media momunikasi baru yang bisa menyertai kehidupan manusia baik dalam tidur maupun terjaga, laksana udara dan air yang dibutuhkan kehidupan manusia.

Berbagai studi juga telah dilakukan untuk mengathui dampak dari pengaruh komunikasi terhadap kelompok kecil, kelompok profesi dan kelompok buruh misalnya yang ada pada masyarakat. Dengan studi tersebut memungkinkan dibuatkan suatu format (gaya) tertentu yang sesuai dengan minat dan kebutuhan bagi berbagai kelompok masyarakat yang berbeda dengan cara dan gaya komunikasi yang sesuai dengan pandangan dan pemikiran hidup mereka. Berbagai studi tersebut telah melahirkan aliran politik aliran pemikiran serta aliran ekonomi tertentu di era sekarang ini.

Melalui ilmu komunikasi dan ilmu soisial (kaidah-kaidah komunikasi dan kaidah sosial) diharapkan agen perubahan bisa melakukan “dakwah” dengan cara-cara yang komunikatif serta mengindahkan aspek-aspek kepekan (perasaan) dan kecenderungan serta kondisi individual dan soial masyarakatnya.

Komunikasi sebagai salah satu bentuk interaksi sosial merupakan modal terciptanya sebuah interaksi yang lebih lanjut menjadi titik perhatian Islam. Sosio-historis turunnya ayat QS.17:53 misalnya[11] merupakan pelajaran yang sangat besar bagi kemanusiaan dan bagi kaum muslimin. Karena secara naluri manusia biasanya cenderung “menolak”, “menentang” dan “menyerang” sesuatu yang datang dari pihak yang disebut “lawan”. Semangat mempertahankan diri yang dimiliki manusia bisa melahirkan sikap agresif, terutama kepada sesuatu yang baru dan belum dikenalnya, juga terhadap outsider, sikap ini akan melahirkan persepsi negatif atas apa yang ada dihadapannya. Menanggulangi hal tersebut Islam memberikan tuntunan rinci yang dimulai dari tata cara komunikasi dan penuturan kata. Hal tersebut tidak saja menjadi norma komunikasi semata, tapi lebih jauh akan mengangkat derajat dan harga diri pemeluknya sehingga menimbulkan simpati. Simpati[12] tersebut merupakan modal dasar dari aktifitas “dakwah” Islam dalam meyebarkan ajarannya.

Ayat yang berbunyi:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka berkata sesuatu yang terbaik, karena setan akan membelokkan (isi pesan tersebut) di antara mereka, karena setan adalah musuh yang nyata bagi manusia.” Kalau diperhatikan memberikan tuntunan agar kaum muslim memeprehatikan materi pembicaraannya dengan atribut “terbaik”. kata materi tersebut bisa dipahami dari kata yaqûlû al-Lâtî Hiya ’Ahsan (يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ). Penggunaan kata al-Lâtî di situ menunjjukan sesuatu yang dismpaikan atau materi ucapan. Melalui ayat di atas al-Qur’an mengajarkan bahwa untuk berkomunikasi seseorang hendaknya memilih materi yang terbaik. Pembahasan di sini akan difokuskan pada atribut ‘ahsân dan kata bentukannya dilihat dari sudut pandang komunikasi.

Ada beberapa kata kunci yang bisa diinventarisir dari penafsiran terhadap ayat di atas dalam topik isi pembicaraan (materi komunikasi): 1. Kalimah Thayyibah. 2. Kata-kata yang terbaik ’ahsan. 3. Memilih kata-kata yang tidak membuat marah, berisi hinaan dan cacian. 4. Memerintahkan apa yang diperintah Allah dan melarang apa yang dilarang Allah.

1. Kalimah thayyibah: Dilihat dari beberapa pendapat di atas, nampaknya ada kekayaan makna yang bisa dihipun dari pengertian ‘ahsan, seperti Ibnu Katsîr dan sayyid Qutub menggunakan kata kalimah thayyibah. Secara bahasa kata thayyib berasal dari thâba, artinya: enak, manis, baik, indah (ladza, halâ, hasuna, jâda), dan arti lainnya ketika dihubungkan dengan kata nafs (jiwa) berarti, lapang dada atau jiwa, dihubungkan dengan kata khathar (bahaya), berarti menenangkan dan menjadikan aman.[13] Pengertian secara etimologis ini memberikan pemahaman kata thayyib dengan medan makna antara lain: perkataan yang enak, manis, indah, menenangkan jiwa, kata-kata yang dapat membebsakan dari bahaya dan bisa menimbulkan rasa aman dan ketenangan. Maka kata ’ahsan dalam komunikasi berkonotasi makna-makna tersebut.

Melihat pemaknaan ’ahsan dengan pengertian etimologis tadi, jka digabung dengan pengertian yang mengkonotasikan dengan kalimah tawhîd, maka akan tersusun suatu pengertian bahwa ’ahsan mencakup suatu perkataan yang berhulu pada kalimah tawhid dan berimplikasi pada simbol bunyi (verbal) yang terartikulasikan dengan baik, indah, menyenangkan, tidak membahayakan bagi komunikator dan tidak menyakitkan bagi komunikan.

2. Kata-kata yang terbaik, ‘Ahsan: Al-Marghani memilih untuk menambahkan kalimat: dan jangan mengatakan perkataan yang membuat marah dan permusuhan, setelah katan ‘Ahsan. Sedangkan al-Marâghi menghubungkan kata ‘Ahsan dalam ayat ini dengan ayat QS.16:125 dan QS.29:46. dalam penafsirannya kata ‘Ahsan pada ayat tersebut berarti; dengan berlemah-lembut dalam berbicara kepada mereka,[14] Dan kata bentukan dari ‘Ahsan, dalam bentuk mashdar yaitu ’ihsân, diartikan muqâbalatu al-khair bi ‘aktsar minhu, artinya membalas kebaikan dengan lebih banyak dari kebaikan yang ia terima. [15]

Secara etimologi ‘Ahsan merupakan kata bentukan dari hasana yang berarti indah, baik, dalam bentuk kata suprelatif ‘Ahsan dari kata ‘ahsana berarti yang ter indah, terbaik. Kata ‘ahsana sendiri artinya melakukan perbuatan baik, atau lawan dari kata ‘asâ’a yang berarti berbuat jahat, perbuatan buruk.[16] Jadi dpat dilihat bahwa penafsiran ini memberikan pengertian kata ‘Ahsan, adalah merupakan jawaban yang terbaik dari ungkapan sebelumnya yang diterima oleh lawan bicara. Di sini menggambarkan arahan semacam kaidah bagi muslim untuk selalu memberikan atau menjawab yang lebih baik bila mendapat perkataan yang menyakitkan sekalipun. Dan penekanan ‘ihsân itu lebih utama jika dilakukan terhadap mereka yang berbuat tidak baik, innama al-‘ihsân ilâ man asâ’a ilaika laisa al-‘ihsân an tuhsina ilâ man ahsana ilaika.[17]

3. Memilih kata-kata yang tidak melahirkan kemarahan, tidak berisi cacian dan hinaan: Ini menunjukkan sebab akibat, tidak boleh menjawab perkataan atau pernyataan orang lain dengan kalimat yang menyakitkan, atau yang dapat menimbulkan amarah, berisi cacian atau hinaan, sehingga mengakibatkan keributan (al-fitnah). Jadi kata ‘Ahsan harus terbebas dari apa-apa yang menyebabkan komunikan tidak berkenan, baik ucapan maupun tekanan ucapan tersebut (intonasi). Di sini ada proses memilih kata-kata dalam menjawab atau berkomunikasi.

4. Memerintahkan apa yang diperintah Allah dan melarang apa yang dilarang Allah: dalam pengertian ini kata ‘Ahsan harus bermuatan perintah berbuat baik dan larangan untuk meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Jadi perkataan yang keluar dari mulut seorang muslim senantiasa berisikan (berisi semangat) al-amru bi al-ma’rûf wa al-nahyu ‘an al-munkar.

Pembahasan di atas memperlihatkan suatu gambaran yang sangat baik dari segi isi atau materi komunikasi dalam pandangan Islam. Yakni harus tetap ada pemilihan perkataan atau kalimat-kalimat yang pas, tidak mengandung hinaan serta bisa menyenangkan bahkan memuaskan lawan bicara. Dengan singkat bahwa materi ucapan yang terlontar dari komunikator (originator muslim) hendaknya tepat sasaran, bertujuan, dan beretika. Suatu gambaran yang mencerminkan derajat luhur dan bisa melahirkan kepercayaan lingkungannya akan kebenaran pesan dan kebaikan yang akan ditimbulkan dari efek komunikasi bersama seorang muslim.

Model Logika Tindakan:

Yang dimaksudkan dengan model logika tindakan adalah sebuah tindakan yang dibangun berdasarkan epistimologi tertentu, seperti logika marxisme, liberalisme, idealisme, empirisme, hedonisme, feminisme dan lain-lain.

Sebuah model tindakan akan sangat bisa ditarik benang merahnya dengan landasan epistimologi (paradigma) jika kita memiliki sejumlah informasi tentang aliran pemikiran tersebut. Sebagai ilustrasi, jika ada seorang menyuarakan kemiskinan, berakhir dengan penghapusan kelas sosial dan isu pemerataan, kemudian dibarengi dengan revolusi, maka bisa dipastikan bahwa model tindakan yang dianut adalah marxisme-leninnis.

Dunia periklanan mungkin akan lebih tepat jika dikategorikan sebagai penganut logika, hedonis, liberalis dan freudian. Karena informasi yang diberikan dibangun atas dasar filsafat hedonis (kenikmatan), liberalis (keuntungan) dan metodenya lebih menggunakan filsafat freudian (exploitasi gender).

Penutup:

Tugas terpenting dari status “keterpelajaran” adalah kemampuan bertindak cepat, tepat dan terarah serta representatif. Kemampuan tersebut harus dimulai dari sikap “tanggap” dan “peduli” terhadap apa yang ada disekelilingnya, untuk kemudian dikontruksi tindakan apa yang bisa dikakukan.

Pendekatan paradigmatik dalam bertindak sangat membutuhkan “bekal” pengetahuan sosio-kultural serta sosio idiologik. Tindakan yang tidak mengakar pada kultur dominan, akan sulit melahirkan “simpati” dan bahkan akan melahirkan antipati. Maka mengenal kultur lokal maupun kultur nasional menjadi niscaya.

Al-Ikhlash,