HIDUPKU UNTUK NEGARAKU.

Hanya untukmulah seluruh yang aku dapatkan untuk membangun kemajuan negara kesayanganku yang selalu tercantum dalam jiwa dan ragaku ini, semoga perjuangan ini bermanfaat bagi negeriku. Rasa syukur saya panjatkan hanya kepdamu ya Allah swt dan bagi keluargaku SURRE TURUBUH semoga anakmu ini selalu menjadi yang terbaik didunia dan akhirat.....amin.
Powered By Blogger

22/01/10

PEMBERDAYAAN DALAM NIRMILITER.

Istilah “Pertahanan Nirmiliter” (Hannirmil) akhir-akhir muncul menjadi suatu topik yang mewacana di kalangan terbatas. Pertama kali istilah tersebut digulirkan oleh Menteri Pertahanan dalam suatu media cetak (Kompas, 20-9-2005). Istilah hannirmil didasarkan pada Undang-undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Hanneg) pasal 8 ayat 2 yang menyebutkan: Komponen pendukung hanneg terdiri atas warga negara (sumber daya manusia/SDM), sumber daya alam (SDA), sumber daya buatan (SDB), prasarana /sarana nasional (prasnas) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Peranan komponen pendukung hanneg ini memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam usaha hanneg baik di masa damai maupun di masa perang. Di masa damai, pembangunan dan pembinaan SDM, SDA, SDB, dan prasnas merupakan elemen-elemen pokok dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara berkesinam-bungan. Hasil dari pembangunan dan pembinaan bidang-bidang tersebut akan memperkuat basis ketahanan nasional (tannas).
Di masa perang hasil pembangunan dan pembinaan elemen-elemen komponen pendukung tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap daya tangkal (detterent effect) terhadap serangan lawan. Mengapa demikian, karena pembangunan dan pendayagunaan sumber daya nasional yang berhasil, akan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Rakyat yang sejahtera merupakan modal utama untuk proses pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Rakyat yang sejahtera juga akan melahirkan masyarakat yang semakin cerdas yang mampu mengelola SDA secara arif, efektif, dan efisien. Rakyat yang cerdas akan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sebagai prasyarat dan sekaligus prasarana pembangunan masyarakat maju/modern.
Wacana yang berkembang tentang pentingnya mengembangkan hannirmil telah menyadarkan kalangan yang cerdas bahwa selama ini konsep pertahanan dan keamanan rakyat semesta (hankamrata) sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 (Pasal 30 ayat 2) yang menyatakan bahwa dalam usaha hankamneg TNI & Polri sebagai komponen utama dan rakyat sebagai komponen pendukung. Dalam implementasinya, pember-dayaan rakyat sebagai komponen pendukung untuk kepentingan hanneg sedikit sekali usaha-usaha yang telah dilakukan ke arah itu.
Dephan selaku penjuru dalam usaha pendayagunaan komponen pendukung ini mengalami banyak kendala, yaitu:
Pertama, tidak memiliki aparat di daerah (dalam hal ini) Kantor Wilayah (Kanwil) Dephan. Kodam yang selama ini mengemban pelaksana tugas dan fungsi (PTF) Dephan, setelah era reformasi tidak dapat melaksanakan tugas secara optimal, dikarenakan menghadapi tugas pokoknya yakni pembinaan satuan yang ada di daerahnya. Selain itu, Kodam juga tidak lagi berperan “di depan” dalam urusan pemerintahan karena setelah era reformasi tidak memiliki kewenangan (Widjojo. A., 2001). Padahal urusan yang menyangkut pertahanan berhubungan hampir dengan setiap kelembagaan baik departemen, non departemen maupun masyarakat. Dalam hal ini Dephan selaku penjuru pemberdayaan potensi sumdanas memikul tugas dan tanggung jawab yang berat. Mungkinkah mission tersebut dapat dilaksanakan tanpa keberadaan Kanwil di daerah dan ketika Pemda hanya konsentrasi pada urusan lain (non pertahanan) ?.
Kedua, Dephan belum memiliki perangkat peraturan perundang-undangan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Pertahanan Negara seperti :
- Undang-Undang Komponen Cadangan
- Undang-Undang Komponen Pendukung
- Undang-Undang Latihan Dasar Militer Secara Wajib
- Undang-Undang Pengabdian Warga Negara Sesuai Profesi
Yang diatur dalam bentuk peraturan pemerintah (PP) seperti, PP mengenai sumber daya nasional (Sumdanas) yang terdiri dari sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA), sumber daya buatan (SDB), prasarana dan sarana (prasnas) nilai-nilai serta ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek).
Ketiga, Dephan belum memiliki sarana dan media komunikasi yang kuat dan aktif menjalin komunikasi antara Dephan dengan semua stake holder pertahanan, baik dari kalangan pemerintahan, organisasi non pemerintah maupun anggota masyarakat orang per orang. Media komunikasi yang perlu dibangun dalam suatu sistem informasi pertahanan negara (Sisfohanneg) yang berfungsi mensosialisasikan kebijakan dan peraturan perundang-undangan serta mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pertahanan (sumdahan) dari setiap daerah. Karena data sumdahan ini tersebar di seluruh wilayah negara yang dapat berubah setiap saat maka sebaiknya sumdahan tersebut disajikan dalam bentuk sistem informasi geografi (SIG hanneg).
Dalam ilmu (studi) teritorial, sumdanas tersebut meliputi astagatra (trigatra + pancagatra). Trigatra terdiri dari aspek: geografi, demografi, dan sumber daya alam (SDA). Pancagatra terdiri dari aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya (ipoleksosbud). Sebagai suatu kondisi, ipoleksosbud sering disebut kondisi sosial (Konsos). Pertahanan nirmiliter, pada hakekatnya adalah pertahanan yang didasarkan dan atau mengandalkan pada potensi dan kekuatan dari semua aspek Astagatra yang pembangunan dan pendaya-gunaannya amat tergantung pada kualitas SDM-nya. Dalam hal ini, SDM berperan sebagai subyek dan obyek yang sangat menentukan tingkat kemajuan bangsa.

PEMBERDAYAAN SDM.
SDM merupakan unsur paling penting dalam pemberdayaan hannirmil, karena SDM menjadi subyek dan faktor penentu (dominant factor) atas penggunaan unsur sumber daya lainnya. Ada dua hal pokok yang menjadi tujuan pember-dayaan SDM, yaitu kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional-spiritual (ESQ). Pember-dayaan dua hal tersebut harus berjalan seimbang untuk membentuk karakter bangsa yang berkualitas. Kecerdasan intelektual meliputi kemampuan dari yang paling sederhana: membaca, menulis, berhitung sampai dengan kemampuan analisis dan sintesis. Sedangkan kecerdasan emosional-spiritual meliputi hal-hal yang berhubungan dengan aspek moral, seperti: kesabaran, kemarahan, kejujuran, keramahan, kearifan, keadilan, kedermawanan, kasih sayang, dan tanggung jawab. Untuk membentuk masyarakat Indonesia yang cerdas harus diupayakan melalui pendidikan dengan pendekatan secara konsepsional, komprehensif dan integral.
Penguatan di Bidang Pendidikan Umum.
Seseorang yang cerdas intelektual tetapi tidak diimbangi dengan moral yang baik, dia potensial menjadi orang yang sombong, egois, dan berbuat sesuatu yang lebih menguntungkan dirinya dan merugikan orang lain. Sebaliknya, seseorang yang bermoral namun bodoh, cenderung apatis introvert dan pengalah. Berdasarkan hasil survey kemampuan SDM, peringkat indeks pengembangan SDM (IPSM/HDI) Indonesia di lingkungan regional Asia menempati peringkat 117 jauh di bawah negara tetangga Malaysia, Brunei, dan Singapura. Peringkat yang paling dekat dengan Indonesia adalah Filipina (66) dan Vietnam (60). Demikian pula dalam persaingan dunia (World Competitiveness) 2003 ekonomi negara-negara Asia Tenggara menunjukkan tingkat persaingan yang baik (10 besar) kecuali Indonesia dan Filipina. Malaysia peringkat 4, Thailand peringkat 10, Singapura peringkat 3, Filipina peringkat 22 dan paling belakang Indonesia peringkat 28 (Herman Hidayat, 2004). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembangunan SDM kita selama ini kurang berhasil. Mengapa demikian, padahal mission mencerdaskan bangsa merupakan salah satu tujuan negara sebagaimana diamanatkan sejak NKRI dibentuk (dalam Pembukaan UUD 1945). Hal ini disebabkan -salah satunya- oleh tidak adanya tujuan, sasaran dan strategi serta roadmaps pendidikan nasional jangka panjang yang jelas dan terarah sehingga setiap ganti pemerintahan terjadi “bongkar pasang” kurikulum yang sering kali tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat (lingkungan). Program pembangunan lima tahunan di era Orba yang lebih diarahkan pada target-target yang bersifat materiil juga berpengaruh terhadap lemahnya kepekaan hati nurani bangsa.
Degradasi dalam muatan pendidikan moral dan agama lebih terasa, selama lebih dari 3 dekade yang lalu pendidikan budi pekerti tidak ada lagi. Sementara itu pendidikan agama sekalipun masih ada tetapi lebih bersifat pengajaran semata-mata (penyampaian materi ajaran agama) dengan jumlah jam pengajaran yang terbatas. Sebagian besar guru tidak lagi menjadi figur yang berwibawa karena guru tidak lagi menampilkan sosok teladan dalam perilakunya di hadapan anak didik. Mengapa demikian, karena gaji guru yang rendah sehingga tidak menjamin kesejahteraannya. Untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari keluarganya guru banyak yang nyambi mengajar di sekolah lain atau pekerjaan lain seperti ngojeg, menjual jasa tulisan, jual beli buku dll. Rendahnya kesejahteraan guru tidak memungkinkan mereka dapat berkonsentrasi dalam menunaikan tugasnya. Tidak mungkin guru dapat menerapkan ilmu mendidik yang notabene menjadi ilmu dasar seorang guru. Padahal justru hasil terapan ilmu mendidik (paedagogic) inilah yang akan mewarnai karakter bangsa sebagaimana yang dicita-citakan.
Masalah guru bukan satu-satunya di bidang pendidikan, sarana dan prasarana (bangunan sekolah, alat peraga, buku, dll.) yang terbatas (kualitas dan kuantitas) sistem, metoda, dan proses pembelajaran yang dirasakan belum sesuai dengan tuntutan kebutuhan. Semua itu terjadi karena dukungan anggaran pendidikan yang sangat rendah sebagai cermin rendahnya kesadaran kita terhadap betapa pentingnya pendidikan untuk suatu bangsa.
Permasalahan di bidang pendidikan merupakan hal yang mendasar yang harus mendapat prioritas penanganannya, karena hanya pendidikan yang bermutu yang akan menghasilkan generasi yang cerdas yang akan mampu menghadapi derasnya tantangan di era globalisasi dan liberalisasi ekonomi di masa yang akan datang.
Langkah pemerintah yang akan menaikkan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN dan pendapatan guru secara signifikan sudah tepat. Tetapi hendaknya diikuti dengan pembenahan kembali sistem pendidikan dan kurikulum agar pendidikan dapat menciptakan SDM yang kreatif, inovatif, memiliki kepedulian sosial/lingkungan, mampu menyerap dan mengembangkan Iptek modern namun tetap berkepribadian Indonesia yang santun. Dari studi World Bank pada 2002 menempatkan Indonesia pada peringkat 12 dari 12 negara yang dijadikan sampel sistem pendidikan nasionalnya (Vincent DWA, 2005). Pemberdayaan pertama dimulai dari kompetensi guru. Dari 1,6 juta anggota PGRI, kurang lebih 50% belum memiliki kompetensi mengajar yang memadai (hanya tamatan SPG dan PGSD). Guru yang kurang kompeten wawasan pendidikannya kurang, sehingga dalam mengajar cenderung dangkal dan otoriter. Sementara itu, orang tua cenderung melimpahkan pengasuhan dan pendidikan anaknya kepada guru karena mereka sibuk bekerja. Setelah pendapatan guru naik dan memiliki kompetensi diharapkan guru dapat bekerja betul-betul profesional (M. Surya, 2005).
Dalam masa transisi, dimana kemampuan finansial pemerintah untuk meningkatkan anggaran pendidikan dan gaji guru belum mampu, langkah terobosan yang dapat ditempuh adalah pember-dayaan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam membantu pendidikan dasar dan menengah. Salah satu cara adalah membuka/memperluas kesempatan bagi siswa SMK untuk “magang” di perusahaan. Selain itu, pembangunan/perbaikan ruang belajar, alat peraga, penyediaan buku dan membuka lapangan kerja serta pemberian beasiswa untuk anak cerdas yang kurang mampu.

Penguatan Pendidikan Agama/Budi Pekerti.
Perlu ada upaya penguatan pendidikan agama secara mendasar, yakni melalui perbaikan kurikulum dari hasil evaluasi dan pengkajian sistem dan metoda pendidikan. Pendidikan agama yang diberikan di sekolah-sekolah sekarang ini cenderung hanya bersifat pengajaran materi ajaran agama sehingga hanya dapat memenuhi ranah kognitif (cognitive domain) yang bersifat hafalan. Seharusnya pendidikan juga dapat memenuhi kebutuhan ranah afektif (affective domain) yang berhubungan dengan perasaan (sikap,apresiasi/ penghargaan, penerimaan, dan penghayatan); ranah psikomotorik (psychomotor domain) yang berhubungan dengan perilaku sebagai implementasi ajaran agama yang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran yang meliputi ketiga ranah tersebut berlaku juga pada sekolah umum.
Pendidikan agama yang meliputi ketiga ranah tersebut di atas sangat penting mengingat hanya sebagian kecil peserta didik (murid/siswa) di sekolah yang memiliki kesempatan sekolah agama. Bahkan di kalangan rakyat miskin jarang sekali anak-anak sekolah agama secara khusus, bagi mereka untuk memasukkan anak-anaknya ke sekolah umum saja sangat dirasakan berat. Padahal pendidikan agama secara dini yang memadai sangat penting untuk memberikan fondasi sikap mental dan moral serta budi pekerti dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Kekerasan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat serta fenomena bunuh diri karena putus asa dalam menghadapi kesulitan hidup yang semakin marak, diharapkan akan berkurang bilamana sejak dini anak-anak mendapat bekal pendidikan agama dan budi pekerti yang memadai. Pendidikan yang benar tentang agama juga akan memperkuat kesadaran warga bangsa akan jati diri kemanusiaannya (insan kamil), sehingga tidak mudah terhanyut dengan kehidupan hedonistik yang mengutamakan kenikmatan duniawi dan merupakan tugas serta tanggung jawab kemanusiaannya selaku khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Indikasi minimnya pendidikan agama dan budi pekerti dapat kita saksikan dalam peristiwa: tawuran pelajar/mahasiswa/antar kelompok masyarakat, kriminalitas (pembunuhan, minuman keras, narkoba, pencurian dll.) yang semakin marak serta adanya gejala bunuh diri yang dilakukan oleh anak-anak. Indikasi lain, ketika bangsa ini menghadapi banyak masalah seperti: banyak rakyat mengalami kelaparan, pengangguran/PHK, banyak perusahaan yang bangkrut, bencana alam terjadi di mana-mana, justru banyak pejabat (birokrat dan parlemen) meminta gajinya yang sudah besar dinaikkan sampai puluhan juta rupiah. Bilamana kita melihat panorama hutan di sepanjang zona perbatasan Kalimantan-Serawak/Kuching (Malaysia), betapa porak porandanya hutan kita, sangat kontras berbeda dengan hutan negara tetangga. Itulah bukti-bukti -yang menurut Nurcholish Madjid- disebut “kebangkrutan moral dan spiritual” yang menyebabkan hati para pelakunya tidak memiliki kepekaan membedakan perbuatan baik dan buruk (Nurcholish M.,2002). Semua itu merupakan bukti adanya degradasi moral bangsa yang sangat memprihatikan.
Keseimbangan pendidikan umum (Iptek) dan pendidikan agama/ moral spiritual akan melahirkan insan berkepribadian baik dan arif-bijaksana dalam menyikapi serta menghadapi setiap permasalahan dan kreatif mencari solusi terbaik dalam menghadapi masalah yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Orang-orang seperti itu yang diprediksikan mampu menghadapi persaingan global dalam perang ekonomi berbasis informasi (economic information warfare) dan perang isu/propaganda (psychologic warfare) yang dikembangkan negara-negara maju, peka serta peduli terhadap kejahatan/kerusakan lingkungan (alam dan sosial).

Reformasi Birokrasi.
Era komputerisasi, otonomi daerah (otda), krisis ekonomi yang belum pulih dan lambat serta besarnya biaya penyelesaian ijin usaha, menjadi dasar pemikiran tentang perlunya reformasi birokrasi pemerintahan yang menyangkut aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian dan terutama pelayanan publik. Dalam aspek kelembagaan, terkesan ada fungsi-fungsi tertentu yang tumpang tindih (overlapping) antara satu departemen dengan departemen lain atau dengan lembaga pemerintah non departemen (LPND). Dalam rangka membangun birokrasi yang ramping, efektif dan efisien semestinya overlapping fungsi tidak ada lagi.
Di era Otda sekarang ini seharusnya ada keseimbangan pegawai di Pusat dengan di daerah baik dalam kualitas maupun kuantitas, demikian juga antara satu daerah otonom dengan daerah otonom lain yang setingkat. Kondisi sekarang menunjukkan kekuatan SDM birokrasi (pegawai) lebih dominan di Pusat. Memang tidak mudah memindahkan personil terutama personil ahli dari Pusat ke Daerah karena terkait kemampuan daerah untuk memberikan gaji yang besarnya sama dengan di Pusat (kecuali Daerah yang kaya). Penguatan pegawai di Daerah akan berdampak positif pada pemberdayaan daerah yang pada gilirannya dapat memperkuat ketahanan nasional.
Penggunaan komputer dalam pekerjaan administrasi perkantoran telah begitu banyak menyingkat waktu sehingga tidak diperlukan lagi banyak orang dalam pekerjaan tersebut. Faktanya, rata-rata setiap kantor pemerintahan kelebihan personil administrasi sehingga terjadilah pemborosan.
Penempatan personil; birokrasi Indonesia sangat toleran dengan penempatan pegawai pada jabatan yang tidak sesuai dengan dasar pendidikan dan pengalaman kerja seseorang. Hal ini bertentangan dengan prinsip the right man on the right job. Akibatnya, terjadilah ketidakefektifan, dan inefisiensi dalam penyelesaian tugas bahkan sering terjadi kemandegan pelaksanaan tugas.
Tatalaksana birokrasi; pola jaringan birokrasi dalam penyelesaian tugas-tugas yang berhubungan dengan urusan kemasyarakatan/publik -dalam proses perizinan misalnya- masih terkesan terlalu panjang dan berliku sehingga diperlukan waktu yang relatif lama. Hal ini dianggap sebagai suatu kendala yang menghambat akselerasi pembangunan khususnya di bidang ekonomi dan merupakan iklim kerja birokrasi yang tidak kondusif dengan kebutuhan bidang investasi.
Pelayanan publik, pegawai negeri (public/civil servants) sebagai personil yang mengawaki birokrasi pemerintahan seharusnya mengutama-kan pelayanan kepada masyarakat. Tetapi pada umumnya pegawai negeri mengapresiasi dirinya sebagai pegawai pemerintahan dan konotasi dari sebutan itu terkandung hasrat untuk mengatur, ingin dilayani dan kecenderungan mengeksploitasi publik. Gejala ini muncul tak lepas dari kecilnya gaji pegawai negeri. Untuk mengubah persepsi para pegawai negeri yang demikian kepada proporsi yang sewajarnya sebagai pelayan publik tidak mudah, dalam hal ini diperlukan reformasi sikap yang mendasar disertai peraturan yang harus disosialisasikan secara terprogram. Pelayanan birokrasi kepada masyarakat dalam segala urusan selama ini masih dirasakan sulit dan justru menjadi salah satu faktor penghambat. Seharusnya birokrasi dirancang efektif dan efisien, ramping dalam struktur (lean in structure), namun sesuai dan tepat memenuhi kebutuhan (fit in function) (Triwidodo W.,2004)
Di antara negara-negara berkembang, pelayanan publik birokrasi Indonesia termasuk salah satu yang sangat lambat. Oleh karena itu, dapat dipahami kalau ada tuntutan reformasi birokrasi. Dalam reformasi birokrasi, khusus yang berhubungan pelayanan publik, Indonesia patut berguru pada RRC, yang telah berhasil membangun birokrasi yang efektif dan efisien.
Hasrat dan sikap melayani kepentingan publik hanya mudah dilakukan oleh seseorang pegawai yang memiliki kesadaran bahwa dalam pelayanan publik tersebut terkandung nilai ibadat yang tinggi. Kesadaran seperti itu hanya mungkin dimiliki oleh seseorang yang mendapatkan pendidikan umum yang seimbang dengan pendidikan agama dan atau budi pekerti.

Tantangan dan Ancaman Nirmiliter.
Tantangan.
Ada sejumlah masalah yang menjadi tantangan bangsa kita, baik yang bersifat eksternal maupun internal. Yang bersifat eksternal adalah globalisasi dan liberalisasi ekonomi. Globalisasi -terutama di bidang informasi- telah menyebabkan dunia seolah tanpa batas. Suatu peristiwa yang terjadi di suatu tempat dengan cepat akan tersebar informasinya ke seluruh penjuru dunia, menjadi isu global. Hal itu terjadi berkat kemajuan yang pesat di bidang teknologi informasi (TI). Siapa yang menguasai TI berpeluang memenangkan persaingan global, karena melalui internet (sebagai sarana informasi global) orang bisa berhubungan dimana saja (tidak terikat ruang), kapan saja (tidak terikat waktu) dan tidak terikat birokrasi. Dengan TI, spektrum informasi begitu luas, dinamik dan interaktif. Orang yang bekerja dengan internet, dia bekerja secara kompetitif, namun karena bangsa Indonesia sangat sedikit yang bekerja dengan menggunakan bantuan internet (0,01%), maka dalam persaingan global, Indonesia dalam posisi lemah (Onno WP, 1998). (Sekarang angka < 0,1% diprediksi belum bergerak jauh, karena antara tahun 1998-2005 tidak ada perkembangan yang signifikan).
Tantangan eksternal kedua adalah liberarisasi ekonomi (libek) yang akan dihadapi Indonesia yang telah menerima kesepakatan berlakunya AFTA pada tahun 2003 dan APEC tahun 2020. Dengan libek produk barang dan jasa dapat dipasarkan secara bebas antar negara tanpa hambatan yang berarti, dengan demikian yang diuntungkan adalah produsen barang dan jasa yang berkualitas serta murah. Bagaimana dengan kita? Kondisi kemampuan Indonesia masih jauh di bawah negara maju, bahkan dengan negara tetangga Malaysia, Thailand, Vietnam kita masih kalah bersaing. Sejak tahun 2003 kita sudah mulai masuk era perdagangan bebas (di lingkungan Aspac), yang membuka peluang pasar lebih luas. Tetapi sayangnya bangsa kita belum siap bersaing, alih-alih, malah kita dibanjiri produk asing yang selain kualitasnya lebih bagus, harganya juga lebih murah. (contoh produk RRC). Dampaknya, industri kita yang menghasilkan barang yang sama banyak yang “gulung tikar” karena kalah bersaing. Akibat lebih lanjut terjadilah PHK di setiap daerah, sehingga angka pengangguran makin membengkak. Libek sudah kita masuki, suka tidak suka kita harus menghadapinya dengan, bagaimana menyiasatinya dengan langkah yang tepat. Dalam hal ini hanya SDM yang menguasai iptek dan imtaq (beriman dan bertakwa) yang dapat diandalkan.
Tantangan internal; kualitas SDM yang rendah merupakan tantangan internal yang paling mendasar, karena dengan rendahnya kualitas SDM ini menjadi penyebab rendahnya :
- Kemampuan bersaing di pasaran kerja
- Kemampuan berkreasi dalam mencari solusi masalah
- Kemampuan ciptakan peluang & lapangan kerja
- Kemampuan bernegosiasi dengan saingan atau partner kerja
- Harga diri, dsb.
Untuk mengatasi semua itu terpulang pada perlunya peningkatan pemberdayaan SDM melalui pendidikan dan pelatihan vokasional
Ancaman.
Spektrum ancaman nir militer sangat variatif dan cenderung semakin berkembang baik dalam kualitas maunpun kuantitasnya. Ada yang kasat mata, tapi lebih banyak yang tidak tampak. Yang kasat mata seperti kriminalitas biasa. Contoh: penyelundupan, illegal logging, illegal fishing, dll. Yang tidak tampak adalah kejahatan yang menggunakan rekayasa teknologi canggih seperti: korupsi, pencurian uang via transfer illegal, penyadapan informasi rahasia, persekongkolan jahat, dsb. Dengan bantuan teknologi informasi, ancaman nirmiliter semakin terbuka luas. Bentuk lain seperti blokade informasi ekonomi, information terrorism, serangan jaringan komputer, semantic attacks (Onno WP, 1998). Pencurian data rahasia yang tersebar di permukaan bumi seperti lokasi obyek-obyek vital strategis melalui perangkat teknologi penginderaan jarak jauh (inderaja) yang semakin canggih telah dapat mendeteksi instalasi senjata dan gudang peluru bahkan benda-benda kecil seperti kendaraan tempur (Ranpur). Penggunaan satelit inderaja generasi terbaru yang beresolusi tinggi memungkinkan wilayah suatu negara tampak seperti “telanjang”. Bahkan beberapa sumber bahan tambang di bawah permukaan bumi dapat dideteksi sehingga menjadi data intelijen sumber daya alam.
Menghadapi ancaman melalui wahana dan sarana berteknologi canggih hanya mungkin dapat dilawan dengan menggunakan sarana berteknologi yang canggih pula. Untuk itu diperlukan SDM yang mampu dan menguasai Iptek di bidang tersebut. Hingga saat ini kita hanya menduga-duga ada apa dibalik peristiwa Ambon, Poso dan Papua. Diprediksi ada kekuatan asing yang berkonspirasi dengan unsur-unsur dalam negeri untuk menciptakan kondisi yang menghambat proses pemulihan krisis ekonomi atau mengkondisikan Indonesia tetap dalam situasi krisis dengan tujuan agar tetap sebagai negara konsumen ( dependent country ). Bahkan mungkin tujuan yang lebih jauh menj adikan NKRI tercerai-berai seperti halnya Yugoslavia dan negara-negara Balkan (Haidar B.,2004). Untuk mengetahui dan membuktikan sinyalemen tersebut di atas diperlukan operasi intelijen dan kontra intelijen. Untuk operasi tersebut, kita dihadapkan pada terbatasnya personil intel yang handal dan biaya operasi yang besar

Strategi Pemberdayaan : Konsepsi-onal-Komprehensif-Sinergis
Konsepsional.
Pemberdayaan SDM dalam mengha-dapi tantangan dan ancaman tersebut di atas yang begitu berat harus dilakukan secara akseleratif dengan metode, sistem dan langkah-langkah konsepsional. Ada kebijakan, tujuan dan sasaran yang jelas. Bagaimana suatu kebijakan disusun secara cermat sehingga mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat, dan dampak negatif sekecil mungkin, tidak tumpang tindih dan bisa diimplemen-tasikan dengan mudah dan lancar (efektif, efisien). Bagaimana strategi untuk melaksanakan kebijakan itu dan bagaimana penjabarannya pada langkah-langkah operasional yang tepat guna mencapai sasaran. Sekalipun pemberdayaan SDM tersebut tidak dibatasi waktu, tetapi tetap harus dibuat kerangka waktu jangka pendek, jangka sedang dan jangka panjang. Sasaran ditentukan secara bertingkat mulai sasaran antara (sasan) satu, sasan dua, dst. menuju pencapaian tujuan akhir yakni terciptanya SDM Indonesia yang mampu berkompetisi dalam persaingan global dan meniadakan segala ancaman Nirmiliter baik dari dalam maupun dari luar negeri. Ada suatu pertanyaan terkait dengan hal kebijakan ini: “Indonesia sebagai negara agraris yang penduduknya +70% bergerak di bidang pertanian, tanahnya luas dan subur, curah hujan dan sinar matahari mendukung, tetapi mengapa menjadi importir beras terbesar di dunia ?” “Mengapa puluhan juta orang menganggur sementara ribuan hektar lahan kosong tidak dimanfaatkan padahal di sisi lain diantara para penganggur itu adalah sarjana pertanian ?”


Komprehensif.
Pemberdayaan SDM tidak hanya menyangkut aspek intelektual tetapi juga emosional dan spiritual (moral, motivasi dan budi pekerti). Tidak hanya menciptakan orang-orang yang menguasai teori, tetapi juga orang-orang yang mahir dalam praktek (teknokrat dan praktisi). Tidak hanya menyangkut profesi tetentu, tetapi semua profesi dan bidang kehidupan. Namun demikian, tetap perlu memperhatikan skala prioritas sesuai ancaman nyata dan intensitas serta urgensi tantangan. Dari segi urgensinya; masalah pendidikan, penegakan hukum, dan pemberantasan KKN patut menempati prioritas utama karena ketiga masalah itulah yang telah membuat bangsa ini terpuruk dan sulit bergerak maju.


Sinergis.
Dalam mengejar ketertinggalan dan mengatasi tantangan serta ancaman yang multi dimensi tidak mungkin dapat diatasi sendiri-sendiri, tetapi harus dengan kebersamaan. Pada jaman pra-kemerdekaan, Indonesia berhasil mencapai tujuan karena terjalinnya persatuan dan kesatuan (gotong royong). Tetapi setelah merdeka, istilah gotong royong sangat langka diucapkan/kedengaran, karena masyarakat cenderung berubah menjadi individualis dan komersil. Seyogianya ada sinergitas dalam mengatasi suatu masalah, siapa berbuat apa. Semua sumberdaya dikerahkan dan dikonsentrasikan guna mencapai penyelesaian masalah. Setiap strata sosial harus memiliki fungsi dan peran sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dengan demikian, kebersamaan akan terjalin, kesenjangan sosial yang kini semakin melebar akan dapat dipersempit dan tidak ada satu kelompok masyarakat pun yang merasa dimarginalkan.


Kesimpulan
SDM merupakan sumberdaya prima causa dalam pemberdayaan Sumdanas karena memiliki fungsi ganda sebagai subyek dan obyek. Sebagai subyek, SDM agar mampu berperan optimal harus dibekali dengan pendidikan moral/spiritual/budi pekerti (pendidikan agama) dan intelektual (pendidikan umum) untuk mempersiapkan SDM yang menguasai iptek namun juga beriman dan bertaqwa (Imtaq) kepada Tuhan YME.
Untuk menghadapi tantangan dan ancaman Nirmiliter yang bersifat multi dimensi, harus dihadapi dengan upaya yang serius, konsepsional, komprehensif dan sinergis sehingga terjadi akselerasi pemberdayaan semua aspek Sumdanas yang berpengaruh positif terhadap kesejahteraan rakyat dan ketahanan nasional (Tannas). Kesejahteraan rakyat dan Tannas yang tinggi akan membentuk pertahanan nirmiliter yang tangguh.
Dua hal tersebut di atas hanya mungkin terjadi bilamana ada komitmen dan akselerasi pemberdayaan SDM yang diarahkan untuk memberantas KKN dan penegakkan hukum secara konsisten.


Saran.
Perlu kehati-hatian dalam menyikapi globalisasi konvensi dan fakta internasional yang telah kita ratifikasi, termasuk konvenan bidang sosial budaya yang belum lama kita sepakati, agar dalam implementasinya tidak banyak merugikan publik, mengingat realita kehidupan masyarakat kita, baik secara horizontal maupun vertikal sangat majemuk. Secara horizontal, masyarakat kita terdiri dari ratusan suku bangsa yang memiliki tradisi, tata nilai, dan budaya yang berbeda satu sama lain. Secara vertikal, ada kelompok masyarakat yang masih hidup dalam era agraris, ada kelompok yang hidup di era industri dan sebagian kecil ada yang sudah masuk era reformasi. Ketiga kelompok masyarakat itu diharapkan mendapat perlakuan yang arif, bijaksana dan proporsional sesuai tuntutan kebutuhan sehingga masing-masing kelompok bergerak maju bersama dalam satu “kereta bangsa walaupun berbeda gerbong”.
Penutup.
Demikian karya tulis ini disampaikan sebagai sumbangan, semoga bermanfaat dan mohon maaf atas segala kekurangannya.

PEMBERDAYAAN DALAM SEKTOR PERTAHANAN.

Tidak dapat dicegah bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi makin berkembang di dunia. Hal itu juga mendorong perkembangan teknologi militer, khususnya teknologi senjata, dengan peningkatan daya hancur, jarak tembakan dan ketepatan perkenaannya.
Perkembangan demikian makin mengancam kelangsungan hidup atau sekurang-kurangnya kemerdekaan bertindak bangsa-bangsa yang kurang mampu mengikuti kecenderungan itu. Bangsa yang memiliki kemampuan teknologi militer tinggi memperoleh peluang untuk memanfaatkannya guna memperoleh keuntungan politik, ekonomi dan budaya. Sehingga bangsa yang kurang mampu dan mendapat tekanan dari bangsa maju terpaksa harus mengorbankan kemandiriannya untuk dapat hidup langsung.
Kita menghadapi keadaan di mana umat manusia cenderung didominasi oleh bangsa-bangsa yang mampu menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi, khususnya teknologi militer. Akan tetapi perkembangan umat manusia juga memungkinkan bangsa yang kurang kemampuan teknologi dapat mengurangi penggunaan kekuatan militer oleh bangsa lain terhadapnya. Faktor itu adalah kemampuan menimbulkan kerugian luas dalam berbagai bidang pada bangsa yang menyerang , sehingga keuntungan yang ingin diperoleh pihak penyerang tidak ada sama sekali . Hal itu ditunjukkan oleh kegagalan Amerika Serikat di Vietnam dan Uni Soviet di Afghanistan. Kemampuan itu terwujud jika ada ketangguhan pada bangsa itu, sehingga memungkinkannya melakukan perlawanan lahir batin dalam berbagai bentuk terhadap siapa saja yang menyerangnya. Kemampuan itu merupakan daya penangkal yang tidak kalah pentingnya dari daya penangkal yang dihasilkan oleh teknologi militer canggih.
Namun bangsa maju mempunyai kemampuan untuk memukul dan menghancurkan bangsa lain tanpa melakukan serangan militer terbuka. Itu dikerjakan dengan melakukan subversi yang merupakan usaha mempengaruhi rakyat dan dengan merusak ekonomi serta budaya bangsa lain, dengan memanfaatkan kelemahan bangsa itu. Betapa luas dampak usaha demikian dapat dilihat pada pukulan yang dialami Asia Timur dan Amerika Latin ketika menderita krisis moneter dan ekonomi.
Kondisi umat manusia makin diliputi oleh persaingan di berbagai bidang, baik politik, ekonomi dan bahkan kebudayaaan. Indonesia tidak bebas dari kondisi itu, apalagi dengan posisi geostrateginya sebagai jalan silang, jumlah penduduknya dengan potensi bakat yang lumayan serta banyaknya kekayaan alam yang ada padanya. Harus diperhitungkan bahwa selalu ada bangsa lain yang ingin menguasai Indonesia, kalau tidak secara fisik sekurang-kurangnya dengan jalan politik, ekonomi atau budaya. Bangsa Indonesia selalu bersedia bekerja sama dengan bangsa lain, tetapi tidak mau didominasi dan selalu hendak memelihara kemandirian dan kemerdekaannya. Untuk dapat melakukan itu maka harus dibangun kemampuan sehingga bangsa lain tidak dapat memaksakan kehendaknya melalui kemampuan fisik dan rohaninya.
SUMBERDAYA MANUSIA UNTUK BELA NEGARA
Pengertian Bela Negara dalam Abad ke 21 tetap berlaku dan penting mengingat makin kuatnya persaingan antara bangsa-bangsa. Akan tetapi Bela Negara sekarang tidak menyangkut bidang militer pada instansi pertama. Dalam Pendahuluan makalah ini sudah diuraikan betapa pentingnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk keselamatan dan kejayaan bangsa sekarang. Juga ditunjukkan bahwa diperlukan ketangguhan lahir batin Manusia untuk menciptakan persepsi pada bangsa lain bahwa akan merugikannya sendiri kalau ia bermaksud mengganggu.
Oleh sebab itu Pemberdayaan Sumberdaya Manusia untuk penyelenggaraan Bela Negara harus merupakan satu usaha bangsa yang luas dan menyeluruh untuk menjadikan Manusia dan Masyarakat Indonesia mampu melakukan tindakan efektif dalam semua aspek kehidupan umat manusia yang menghasilkan daya tahan dan daya saing terhadap semua bangsa di dunia. Inti dari usaha itu adalah :
1) Penciptaan Manusia Indonesia menjadi warga negara dan warga masyarakat yang baik, artinya selalu berusaha untuk memajukan negara dan masyarakat agar terwujud daya tahan dan daya saing yang tinggi dalam segala aspek kehidupan ummat manusia.
2) Untuk itu Manusia Indonesia harus mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sebaik-baiknya serta menjalankan kehidupan masa kini secara efektif, termasuk segala kegiatan bisnis dan penguasaan informasi. Di samping itu ia menjunjung tinggi kekuasaan hukum dan ikut mengembangkannya dengan sebaik-baiknya. Ia mempunyai kemampuan disiplin dan kendali diri sebagai anggota masyarakat yang produktif.
3) Manusia Indonesia harus menjadi mahluk yang kreatif, tetapi di pihak lain ia berjiwa patriot yang mempunyai kemampuan melawan dan mengatasi berbagai bentuk ancaman dan kekerasan yang ditujukan kepada bangsa dan masyarakatnya.
Untuk mencapai tujuan itu harus ada langkah-langkah sebagai berikut :


1. Pelaksanaan Pendidikan Sekolah yang luas dan bermutu.
Pendidikan Sekolah mempunyai peran yang penting karena masa depan sangat ditentukan oleh The Battle of the Classroom. Pendidikan yang dihasilkan di sekolah menjawab tantangan dan ancaman yang dihadapi bangsa. Khususnya yang harus menjadi perhatian pertama adalah terselenggaranya Pendidikan Dasar, yaitu Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama, yang menjangkau semua pemuda dengan usia sekolah serta dengan standard mutu yang makin meningkat secara merata. Buat Indonesia yang sudah menetapkan Wajib Belajar 9 tahun berarti bahwa konsep itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Pemerintah harus menyediakan Sekolah Dasar dan SLP yang dapat menampung semua anak didik dengan umur sampai 15 tahun serta menjamin standard mutu yang cukup memadai untuk seluruh Indonesia. Di samping itu harus ada Pendidikan Menengah, yaitu Sekolah Menengah Umum dan Sekolah Menengah Kejuruan, yang makin banyak dan bermutu. Adalah kewajiban Pemerintah untuk membiayai seluruh Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yang diselenggarakan Pemerintah. Dengan begitu dapat dicegah timbulnya kesenjangan lebar antara mereka yang mendapat pendidikan bermutu yang hanya sedikit jumlahnya dengan mereka yang pendidikannya kurang bermutu dan kurang relevan. Hal demikian sudah lama dilaksanakan di Malaysia dan Thailand, apalagi di negara lain yang lebih maju.
Fokus dari usaha Pendidikan Sekolah adalah perbaikan mutu Guru. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pendidikan guru yang lebih bermutu, khususnya pembentukan ahlak dan budi pekerti para Guru. Tidak kalah pentingnya adalah perbaikan kehidupan Guru, meliputi penghasilannya dan status sosialnya.
Di samping peningkatan Pendidikan Dasar dan Menengah juga diperlukan perbaikan penyelenggaraan dan peningkatan mutu Pendidikan Tinggi. Kalau Pendidikan Dasar sepenuhnya menjadi tanggungjawab Pemerintah, peran Pemerintah dan Swasta dalam Pendidikan Menengah sebaiknya menjadi sama besar, sedangkan pada Pendidikan Tinggi peran Swasta dapat diperluas tetapi Pendidikan Tinggi Pemerintah harus mencapai standard mutu internasional. Melalui Pendidikan Sekolah yang luas dan bermutu kita ciptakan Manusia Indonesia yang professional di berbagai aspek kehidupan masakini. Makin tinggi mutu pendidikan itu makin tinggi pula daya saing bangsa dalam arena dunia.
Ini semua tidak mungkin tanpa alokasi sumberdaya yang memadai. Diperlukan sekurang-kurangnya 20 prosen dari APBN untuk melaksanakan Pendidikan Sekolah yang baik. Dengan pendidikan demikian dapat diharapkan adanya hasil (output) yang mendekatkan kita kepada penciptaan Manusia Indonesia yang cakap untuk Bela Negara.
2. Peningkatan dan perbaikan Pendidikan Keluarga

Meskipun Pendidikan Sekolah memberikan pendidikan Agama yang juga berisi pendidikan budi pekerti, namun kualitas mental dan ahlak anak didik sukar menjadi tujuan utama Pendidikan Sekolah. Pendidikan Sekolah terutama untuk meluaskan dan mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi, sekalipun itu disertai pendidikan rohani dan jasmani yang memadai. Waktu yang tersedia bagi Guru terlalu terbatas untuk melakukan pendidikan budi pekerti secara mendalam. Pembentukan karakter atau ahlak dan budi pekerti mewujudkan ketangguhan jiwa yang memerlukan hubungan yang lebih intensif antara pendidik dan anak didik. Oleh sebab itu hanya dapat diberikan dengan baik di lingkungan keluarga, terutama oleh para orang tua kepada anak.
Harus ada usaha bangsa untuk memberikan perhatian jauh lebih besar kepada Pendidikan Keluarga. Pemerintah memfasilitasi usaha itu dengan menetapkan penghasilan yang lebih wajar kepada Pegawai Negeri Sipil dan anggota TNI dan POLRI oleh karena tidak mungkin ada Pendidikan Keluarga kalau penghasilan orang tua begitu minim sehingga terpaksa melakukan perbuatan yang bertentangan dengan pemberian tauladan. Selain itu Pemerintah dapat mendukung usaha itu dengan mengeluarkan berbagai pedoman melalui departemen pemerintahan yang terkait. Akan tetapi usaha utama sebaiknya dilakukan oleh organisasi sosial seperti perkumpulan keagamaan. Melalui usaha itu dipengaruhi dan didorong para orang tua agar memberikan waktu dan perhatian semestinya kepada pendidikan anaknya. Pimpinan lingkungan pekerjaan, baik Pemerintah dan Swasta, dapat berperan dengan menegor bawahannya yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya. Perlu diadakan gerakan nasional untuk mengajak para orang tua berbuat yang diharapkan.
Kemajuan dalam pelaksanaan Pendidikan Keluarga akan besar pengaruhnya kepada hasil Pendidikan Sekolah. Pendidikan agama yang membentuk ahlak serta budi pekerti anak tidak saja menghasilkan Manusia yang berkarakter tetapi juga sikap disiplin dan keuletan jiwa raga yang mendukung penguasaan ilmu pengetahuan di sekolah.
3. Kegiatan Organisasi Pemuda

Pemuda yang aktif, produktif dan kreatif tidak terwujud hanya dengan rajin belajar ilmu dan menjadi anak baik di rumah. Anak memerlukan kegiatan untuk mengekspresikan segala yang diperoleh di sekolah dan rumah agar merasa dirinya mampu berbuat sesuatu yang nyata. Anak itu ingin membuktikan pada dirinya dan lingkungannya apa yang ia mampu berbuat. Selain itu ia harus dibiasakan hidup bersama orang lain, termasuk mempraktekkan kehidupan demokrasi. Sebab itu perlu banyak organisasi pemuda, baik yang bersifat luar sekolah maupun sebagai bagian sekolah dalam bentuk ekstrakurikuler.
Yang terutama perlu dikembangkan adalah Gerakan Pramuka yang seharusnya tidak hanya memperhatikan banyaknya anggota, tetapi harus mulai memperhatikan mutu yang dihasilkan. Sebagai anggota Kepanduan Internasional (International Boy Scout Movement), Gerakan Pramuka harus dapat menghasilkan berbagai kegiatan yang normal dilakukan oleh organisasi kepanduan. Untuk itu harus ada pembentukan Personil Kader yang memadai jumlahnya dan mutunya.
Selain itu organisasi Karang Taruna juga dapat bermanfaat untuk memberikan kesempatan kepada para pemuda mengekspresikan diri. Dan setiap organisasi pemuda, baik yang bersifat olahraga, politik, budaya dan agama dapat dimanfaatkan untuk itu. Tentu diperlukan pengawasan agar organisasi itu berjalan ke arah yang benar.
4. Menghidupkan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi

Perkembangan ilmu pengetahuan harus berjalan dalam kehidupan masyarakat dan tidak terbatas pada Pendidikan Sekolah. Oleh sebab itu kegiatan Penelitian dan Pengembangan harus memperoleh dorongan Pemerintah dan Swasta. Juga dalam hal ini perlu ada alokasi anggaran yang jauh lebih memadai untuk kegiatan Litbang di semua bidang, khususnya oleh Pemerintah.
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia harus secara aktif mengembangkan kehidupan ilmiah. Asosiasi kaum profesional, seperti Ikatan Dokter Indonesia, hendaknya tidak hanya bersifat organisasi sosial tetapi juga mengusahakan perkembangan disiplin ilmunya masing-masing. Jurnal ilmu pengetahuan perlu lebih dikembangkan dan merupakan keperluan setiap pakar untuk dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik.
Perlu ada usaha untuk mengintroduksi ilmu pengetahuan kepada kehidupan desa. IPTEK Masuk Desa perlu menjadi kenyataan dan secara kongkrit dapat didukung oleh kehidupan ekonomi desa.Hal ini sudah amat berkembang di RRC dan Taiwan.
5. Penyelenggaraan Wajib Militer
Kita harus melihat Wajib Militer bukan dari aspek militer yang sempit, melainkan sebagai bagian dari usaha pemberdayaan warga negara. Sebagai contoh, di Korea Selatan semua buruh pabrik adalah bekas pewajib militer dan karena itu berfungsi sebagai buruh yang tahu disiplin dan kerja dalam tim. Itu tidak mengurangi kemampuannya untuk melakukan pemogokan apabila hal itu dianggap perlu dalam perjuangannya menghadapi majikan. Dan pada umumnya di Korea Selatan orang hanya dapat memperoleh pekerjaan setamat dari sekolah kalau ia sudah menjalankan wajib militer.
Di Indonesia pun diperlukan Wajib Militer untuk membawa sifat-sifat positif dari dunia militer kepada kehidupan masyarakat. Tidak perlu mengadakan Wajib Militer Umum (Universal Military Service), yaitu semua orang yang mencapai umur dewasa melakukan wajib militer, karena jumlahnya terlalu banyak dan kurang efektif. Sebaiknya diadakan Wajib Militer Selektif (Selective Military Service), yaitu dibatasi pada warga negara yang baru diterima dalam pekerjaan setelah ia tamat sekolah. Dengan besarnya angkatan kerja Indonesia maka setiap tahun tidak kurang dari 1 juta warga negara menjadi angkatan kerja baru.. Mungkin tidak semua orang itu dapat dikenakan wajib militer. Akan tetapi kalau lima puluh prosen saja yang masuk, maka setiap tahun ada wajib militer sekitar setengah juta orang. Hal ini akan sangat memperbaiki kemampuan dan mutu angkatan kerja Indonesia yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan dan daya tarik untuk investasi.
Di samping Wajib Militer dapat pula diadakan latihan militer yang bersifat sukarela di perguruan tinggi, seperti yang dilakukan di AS dalam bentuk ROTC (Reserve Officers Training Course). Mahasiswa yang secara sukarela bergabung dengan usaha ini menjalani latihan dan pendidikan militer yang membentuknya menjadi Perwira Cadangan. TNI juga dapat mengadakan latihan tertentu untuk para warga negara, seperti dalam pembentukan Pasukan Perlawanan Rakyat atau WANRA. Usaha demikian adalah bagian dari kegiatan territorial TNI.
Untuk melakukan berbagai kegiatan ini TNI harus meningkatkan mutu dari Kadernya, terutama para Bintara yang memegang langsung latihan para pewajib militer dan mahasiswa yang ikut konsep Pa Cadangan di perguruan tinggi maupun yang melatih rakyat untuk WANRA. Di satu pihak para Kader itu harus menunjukkan sikap militer yang selalu korek dan tegas, menguasai dengan sungguh-sungguh segala aspek kemiliteran yang ia berikan dalam latihan, tetapi di pihak lain tidak boleh menimbulkan suasana militeristik. Itu berarti bahwa dalam sikapnya yang tegas para kader selalu terbuka untuk melakukan diskusi tentang hal-hal yang dilatihkan dengan mereka yang ia latih.
Dengan lima program ini dapat dicapai pemberdayaan Sumberdaya Manusia yang memadai guna penyelenggaraan Bela Negara yang lebih efektif. Kita akan memperoleh warga negara yang lebih terdidik dan terlatih yang mempunyai kemampuan lebih tinggi dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia, Mereka secara individual akan lebih mampu bersaing dengan siapa saja, termasuk dengan bangsa lain. Akan tetapi mereka juga menjadikan masyarakat Indonesia satu keutuhan yang mempunyai kekuatan nyata.

PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA.

Kening saya secara otomatis berkerut ketika membaca buku tentang anotomi tubuh khususnya bagian otak. Ternyata semua otak manusia berbentuk sama. Seseorang yang dilahirkan di New Delhi, India atau di Ponorogo, Jawa Timur akan mempunyai bentuk dan ukuran yang mirip. Akhirnya saya berani berkesimpulan, otak orang-orang Indonesia sama dengan otak orang-orang dari negara lain. Yang membedakan adalah bagaimana masing-masing orang mengisi otaknya sehingga mempengaruhi cara berpikirnya. Jadi adalah tidak benar jika seseorang mengatakan bahwa bibit SDM Indonesia termasuk dalam kelas kacangan, bukan bibit unggul. Sehingga kalau ada satu yang kelihatan encer, cepat-cepat mereka mengatakan “O..si A itu perkecualian”.Tentang kharakter sebuah masyarakat, kalau dibaca dari sejarah (terutama setting kerajaan), bukan saja ditanah Jawa, tetapi hampir di semua belahan dunia, selalu diwarnai dengan pertumpahan darah untuk sebuah kursi kekuasan. Lihat saja sejarah di Romawi, Yunani, India apalagi dari dataran Cina. Artinya, sifat dasar masyarakat Indonesia kurang lebih sama dengan mereka-mereka dibelahan dunia yang lain.
Dua paragraph di atas memberikan data bahwa raw material-nya sama apakah itu orang Indonesia atau bukan (asal kakinya masih menginjak di planet yang sama, Bumi). Dalam konteks pemberdayaan SDM Indonesia saya melihat adanya kekuatan eksternal yang lebih kuat dibandingkan faktor internal. Namun sebelum melangkah lebih spesifik tentang SDM, mari kita lihat keberadaan negara kita Indonesia secara makro, yaitu idelogi sebuah negara.
Ideologi bernegara
Premis saya sebagai berikut “Penjajahan merupakan sumber perusak moral bangsa kita”. Saya percaya bahwa mentalitas feodal adalah warisan akibat penjajahan. Mari kita melek bersama, bahwa sekarang ini pemaksaan sebuah ideologi tidak lagi seperti jaman dulu ketika kita dijajah Belanda atau Jepang. Bentuk penjajahan sekarang ini sudah sedemikian halusnya seiring dengan isu globalisasi yang dihembuskan. Seolah kita semua meng-amin-i bahwa negara diseluruh dunia ini sudah menyatu, tidak ada lagi sekat geografis antar negara. Benarkah? Sebentar dulu. Jangan sampai kita terkecoh dan termakan oleh pernyataan ini. Untuk perkembangan teknologi IT, itu benar. Hampir seluruh negara di dunia ini tidak mempunyai kuasa menolak laju perkembangan teknologi ini. Teknologi ini telah mampu menggenggam dunia dalam hitungan detik. Bagaimana dari kaca mata ideologi bernegara? Benarkah seluruh dunia ini akan mempunyai idelogi tunggal? Tentu saja tidak. Itu adalah kharakteristik suatu bangsa. Ketika bungkusan ideologi ini dibuka di atas meja, maka kepada negara yang memiliki teknologilah yang akan men-driven negara lain. Inilah bentuk penjajahan baru.
Faktor eksternal
Faktor eksternal yang patut diwaspadai dalam mensikapi SDM Indonesia adalah globalisasi (perdagangan pasar bebas). Perdagangan pasar bebas bukanlah gosip atau rumor yang kehadirannya masih dipertanyakan. Globalisasi adalah pendatang baru yang sudah beli tiket dan akan datang ke negara kita dan akan menetap untuk jangka waktu yang lama. Siapkah kita? Bagaimana SDM kita menghadapi tamu ini?
Menganggap pembajakan tenaga ahli Indonesia sebagai hal yang lumrah adalah konsep nrimo, seolah kita tidak kuasa terhadap dampak globalisasi ini. Kita membiarkan mereka pergi karena kita tidak mampu bersaing dengan yang membajak. Dua akar permasalahan yang berbeda. Yang pertama, kita biarkan mereka pergi karena ada tawaran yang lebih baik. Alasan perut atau idealisme. Sedangkan yang kedua, ternyata treatment bangsa kita terhadap anak bangsa sendiri masih tergolong rasis dan tidak mempunyai nilai kompetitif. Rasis kok sama bangsa sendiri. Dari dua akar permasalahan tadi, alasan pertama lebih disebabkan karena alasan kedua muncul terlebih dulu.
Tidak mungkin SDM Indonesia yang dibajak adalah mereka-mereka yang hanya berkemampuan di atas rata-rata saja. Paling tidak mereka-mereka yang dibajak ini adalah mereka yang mempunyai kriteria jenis langka dibidangnya, dimana pembajak tidak mempunyai keahliannya.
Dalam era globalisasi, membiarkan SDM yang potensial (100% kemampuannya) dibajak artinya memberi kesempatan SDM negara lain untuk masuk. Akankah kita adu SDM Indonesia yang masih 50% kemampuannya diadu dengan SDM dari India atau Cina (misalnya) yang fully 100% kemampuannya? Kalau mau profesional, adu mereka dengan kekuatan yang sama 100%. Itu namanya profesional dan bukan karena alasan sesama bangsa Indonesia (KKN), yang berkemampuan 50% dimenangkan dan naik daun menjadi pejabat. Ini konyol namanya. Tidak heran, kualitas kita saat ini serba tanggung, akhirnya menghasilkan 4 kasta pejabat. Kasta pertama, berani dan berkemampuan. Kasta kedua, berani tetapi tidak berkemampuan. Kasta ketiga, tidak berani tetapi mempunyai kemampuan, dan yang Kasta keempat, tidak berani dan tidak berkemampuan. Kasta mana yang paling banyak isinya di negara kita? Ada dua, mereka yang berani tetapi tidak berkemampuan (yang penting ngotot dan berdalil “pokoknya”) dan tidak berani tetapi punya kemampuan (nrimo tapi beban batin). Inilah salah satu sumbangsih kita bersama ketika mengikhlaskan para SDM yang berkualitas dibajak oleh negara lain.
Faktor Internal

Membentuk assosiasi keahlian di dalam negeri dalam upaya untuk mencegah lajunya SDM asing masuk ke Indonesia adalah ide bagus. Namun demikian harus juga ditunjukkan kepada mereka bahwa SDM kita memang berpotensi dan siap untuk diadu dengan mereka dipasaran. Kalau pengujinya mempunyai kemampuan lebih rendah dari yang diuji, para SDM luar negeri (India misalnya), bisa-bisa kita dikibuli apalagi para gelehe-gelehe atau nehi-nehi itu jagonya ngomong. Konsekuensinya? Pasang para SDM Indonesia yang handal untuk menghadapi SDM dari luar negeri ini.
Memperkuat barisan SDM di Indonesia. Perlu penghargaan bagi mereka yang memang potensial. Kita tidak usah iri. Mereka wajar untuk memperolehnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan karyanya untuk pembangunan bangsa ini. Sambil waktu berjalan, mari manfaatkan sumber alam yang tersisa ini ditunjang dengan infrastruktur yang ada. Itu artinya, ada nilai kompetitif dan tujuan yang jelas mengapa kita jaga orang-orang yang berkualitas untuk berkarya dibidangnya di Indonesia. Ada reward dan pekerjaan yang jelas. Sasaran lainnya adalah ini bagian dari proses mencerdaskan kehidupan bermasyarakat bahwa gaji yang mereka terima adalah halal (karena memperoleh reward sesuai dengan jenis perkerjaan dan tanggung jawabnya), tidak makan gaji buta.
Kesimpulan
SDM Indonesia saat ini berpencaran kemana-mana tanpa ada arahan yang jelas mau dibawa kemana dan untuk apa. Jumlah ini akan terus bertambah jika kita masih menganggap bahwa pembajakan tenaga ahli Indonesia oleh negara lain adalah hal yang lumrah dan bukan merupakan sebuah ancaman. Adalah tugasnya pemegang kekuasaan (pemerintah) untuk menyiapkan blue print tentang visi kedepan. Teknologi apa saja yang ingin dicapai dan SDM jenis seperti apa yang diperlukan. Adakah kita punya SDMnya sekarang? Kalau ada, dimana? Kalau sudah ketemu, mau diapakan? Kalau belum ada SDMnya, apa rencana kita? Dengan visi yang jelas dan komitmen untuk pembangunan Indonesia, saya melihat ikatan psychologis kebangsaan lebih kuat daripada ikatan material. Ini akan mampu menarik SDM Indonesia dari manapun mereka saat ini mencangkul sawahnya untuk berkumpul bersama dan memikirkan satu perut, yaitu perut rakyat Indonesia.
Salah satu point yang ingin saya tawarkan adalah memperlakukan SDM Indonesia sebagai asset. Mari kita pelihara SDM kita untuk menghadang ideology negara lain. Jangan dilepas. Ini bukan urusan perut orang per orang tetapi keberlangsungan suatu tatanan bernegara yang harus kita junjung tinggi di atas usaha dan kaki kita sendiri. Tentunya, asset jangan sampai dibuang atau dibiarkan begitu saja. Kita teriak-teriak ketika satelit PALAPA kita dijual ke Singapura. Kenapa kita tidak teriak ketika para ahli kita dibidang telekomunikasi ini ditarik oleh Kanada? Kita lebih sayang barangnya melayang daripada SDMnya yang pergi. Perlu digarisbawahi, tidak semua yang pergi keluar negeri karena alasan perut. Banyak dari mereka yang berada diluar karena melihat hal-hal yang aneh di Indonesia untuk ukuran manusia yang beradab.

MENGELOLA KEUANGAN DAERAH



Dirjen Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Depkeu Mardiasmo menyebutkan, sebagian besar penyebab laporan keuangan pemerintah daerah mendapat opini buruk karena lemahnya manajemen aset. Beragam tantangan yang dihadapi pemerintah daerah dalam reformasi anggaran dan keuangan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Selain berupa peraturan yang saling bertentangan yang dikeluarkan oleh departemen di tingkat nasional, kesulitan muncul dalam keseluruhan siklus keuangan pemerintah daerah. Mulai dari pengesahan anggaran sampai ke penyusunan laporan keuangan, yang disebabkan oleh kompleksitas peraturan, kurangnya sumber daya manusia, buruknya koordinasi dan tidak memadainya teknologi yang digunakan padahal dokumen perencanaan dan anggaran tertentu telah disiapkan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Hal ini menyulitkan pemerintah daerah karena kurangnya kompetensi teknis pada tingkat tersebut. Tidak terdapat indikator untuk mengukur pencapaian target penyediaan layanan yang digunakan dalam perencanaan, serta tidak adanya kaitan dengan indikator target dalam anggaran tahunan yang berbasiskan kinerja.
Dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menetapkan Arah Kebijakan Umum yang berfungsi sebagai panduan kebijakan umum bagi eksekutif dalam menyusun rancangan anggaran, DPRD juga mengeluarkan Kebijakan Umum Anggaran, yang mirip dengan Arah Kebijakan Umum tapi dengan program dan kegiatan yang jauh lebih rinci. Arah Kebijakan Umum membatasi pemerintah daerah dalam penyusunan rancangan anggaran sampai batas rincian yang mungkin tidak realistis atau tidak praktis. Hasilnya, rancangan anggaran yang dihasilkan akan terlihat berbeda dengan Kebijakan Umum Anggaran sehingga menyebabkan konflik antara DPRD dan Eksekutif.(Sumber : Jurnal Otonomi Daerah)
Pengesahan anggaran yang sering tertunda juga merupakan hal yang sangat lazim terjadi, akibat prosesnya sendiri yang seringkali berjalan tidak sesuai dengan kalender anggaran yang telah ditetapkan. Beberapa tahap yang seharusnya dilakukan secara beruntun, seperti misalnya penyusunan kebijakan umum anggaran dan instruksi anggaran bagi dinas, pada kenyataannya dilakukan secara bersamaan. Kadang rancangan anggaran sudah dalam tahap pembahasan sementara kebijakan umum anggaran belum lagi disahkan. Meskipun menurut peraturan, anggaran harus sudah disahkan pada akhir Desember untuk tahun anggaran yang dimulai bulan Januari, kadang eksekutif baru mengajukan rancangan anggaran kepada pihak legislatif pada bulan Pebruari. Sementara pihak legislatif membutuhkan paling tidak dua bulan untuk membahas rancangan anggaran tersebut untuk memastikan anggaran telah mencerminkan kebutuhan dan prioritas masyarakat. Konsekuensi tidak dapat disahkannya anggaran sesuai jadwal, berarti pemerintah daerah tidak dapat mendanai proyek-proyek di luar belanja rutin, seperti gaji pegawai negeri.
Anggaran yang disetujui oleh pihak legislatif pada tingkat kegiatan dan wajib menyajikan rincian fungsi, urusan pemerintahan, organisasi, program, kegiatan, jenis, obyek dan rincian obyek belanja. Salah satu konsekuensi mewajibkan rincian pada tingkat kegiatan (satu tingkat di bawah program) adalah pihak legislatif harus menyetujui anggaran di tingkat pengguna anggaran (SKPD) bukannya di tingkat yang lebih tinggi yaitu tingkat dinas. Persetujuan pada tingkat yang serinci itu membuat anggaran menjadi tidak fleksibel dalam pelaksanaannya dan secara signifikan menyebarkan tanggung jawab pelaksanaan anggaran.
Terlambat
Terlambatnya pengesahan anggaran sering kali menghambat penyelesaian rencana kerja pada akhir tahun anggaran karena sebuah rencana kerja membutuhkan perencanaan yang matang dan mobilisasi sumber daya. Pada akhirnya, walaupun penganggaran yang berbasiskan kas lebih sederhana, seringkali ini berarti pengguna anggaran harus menunggu sampai uang kas tersedia untuk dapat melaksanakan pekerjaan mereka. Dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat seringkali terlambat pencairannya, akibatnya pekerjaan menjadi tertunda dan terpaksa dilakukan kejar target kegiatan menjadi hanya beberapa bulan di akhir tahun. Bukti dari terjadinya jeda pendanaan ini tercermin dari adanya surplus kas yang dimiliki pemerintah daerah pada akhir tahun.
Belanja semua pemerintah daerah di Indonesia mencapai sekitar 30 persen dari total belanja umum pemerintah. Meskipun diwajibkan oleh undang-undang, pemerintah daerah biasanya tidak menyerahkan anggaran yang telah disetujui dan laporan pelaksanaan anggaran secara tepat waktu kepada pemerintah pusat. Terbatasnya kemampuan, terutama untuk daerah-daerah terpencil, merupakan faktor penting, meskipun diakui juga adanya kelemahan koordinasi antara Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri dalam menetapkan standar pelaporan yang konsisten.
Dalam sistem akuntansi pemerintah yang nyata, meski dilakukan pencatatan transaksi dengan basis kas namun telah diadaptasi sedemikian rupa untuk menghasilkan laporan keuangan dalam format yang digunakan untuk akuntansi berbasis akural. Dalam sistem ini laporan penggunaan anggaran disusun berdasarkan catatan-catatan transaksi. Sayangnya, untuk mengubah transaksi berbasis kas ke bentuk laporan yang berbasis akural membutuhkan proses yang menyita waktu untuk memeriksa semua transaksi pendapatan dan belanja, dimana untuk ukuran pemerintah normal dapat mencapai ribuan transaksi, diantaranya adalah penggolongan beberapa jenis pendapatan, pencatatan biaya perolehan asset, perlakuan atas investasi jangka pendek dan pembayaran kembali kelebihan pajak dan retribusi. Beragam laporan keuangan tidak sesuai dengan struktur anggaran yang ditetapkan. Untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang ini yaitu merupakan tamatan sarjana.
Terbatasnya jumlah PNS yang sarjana, terutama untuk bidang bidang teknis penganggaran, akuntansi dan pengelolaan keuangan merupakan tantangan yang berat, terutama dalam menerapkan peraturan yang didasari ide-ide yang kompleks demi terciptanya tata pemerintahan yang baik.
Kemampuan pemerintah daerah dalam menangani persoalan-persoalan di atas tentu berbeda-beda. Untuk itu perlu dilakukan lompatan besar dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang baik serta peningkatan transparansi keuangannya dengan cara menerapkan pendekatan yang komprehensif dan di saat yang bersamaan mereformasi susunan organisasi dan pengelolaan keuangan serta SDM-nya. Sejauh ini hasil yang diperoleh diantaranya adalah partisipasi masyarakat dalam pembahasan RAPBD, publikasi laporan keuangan termasuk neraca, pengurangan staf administrasi yang cukup besar, dan tersedianya informasi yang cukup lengkap bagi publik. Maka sudah selayaknya agar pemerintah daerah dalam penerimaan CPNS lebih memprioritaskan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi di bidang akuntansi sehingga masalah-masalah yang kompleks berikut ini dapat terselesaikan.***

13/01/10

Amerika dan Indonesia.

Lawatan Hillary Clinton ke Jakarta
Kadin: Amerika Pasar Besar Bagi Indonesia
Kadin berharap Amerika bisa segera memulihkan kondisi perekonomian mereka.
Rabu, 18 Februari 2009, 12:59 WIB
Heri Susanto, Syahid Latif
  (AP Photo/Charles Dharapak)
VIVAnews - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta agar Amerika Serikat membuka pasarnya bagi eksportir Indonesia.

"Indonesia punya pasar besar di Amerika Serikat," ujar Ketua Kadin, MS Hidayat di Jakarta, Rabu, 18 Februari 2009.
Hal tersebut disampaikan terkait kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Rodham Clinton ke Jakarta, pada Rabu dan Kamis ini.

Persoalannya, menurut Hidayat, saat ini ekonomi Amerika sedang menghadapi masalah sebagai imbas krisis global. Perekonomian negeri super power itu merosot hingga lebih dari 30 persen. "Akibatnya, ekspor Indonesia terganggu."

Apalagi, dalam situasi sekarang, Amerika cenderung memproteksi produk dalam negeri mereka. Sikap proteksionisme tersebut juga dipersoalkan oleh negara Eropa. "Kemarin, saya bertemu Wakil Perdana Menteri Belgia, juga protes soal itu." 

Namun, dalam situasi sekarang, Hidayat memaklumi hampir seluruh negara melindungi pasar negaranya. Setidaknya untuk sementara waktu. "Itu wajar asal tidak lama." 

Karena itu, Kadin berharap Amerika bisa segera memulihkan kondisi perekonomian mereka. Dengan demikian, dalam waktu tidak lama, Indonesia bisa menjajaki kembali pasar ekspor.

Selain menjajaki peluang ekspor, menurut dia, Indonesia bisa memanfaatkan para investor Amerika untuk menanamkan dananya di sini. Apalagi, investor AS merupakan penanam modal terbesar di industri pertambangan mineral, minyak dan gas.
• VIVAnews

BLOGER STRATEGI MANAJEMEN.

Sekeping Kebahagiaan dibalik PHK

person-stands-re.jpgMendadak dipecat dari kantor tempat bekerja mungkin sebuah tragedi pahit yang perlu dihindari. Sebab pemecatan atau PHK bukan saja memutus dengan segera nafkah bulanan yang selama ini mengalir. Ia kadang juga berarti pukulan yang perih bagi tegaknya harga diri, dan lantas meninggalkan sang korban dalam lorong keputus-asaan yang panjang nan melelahkan.
Sebab itulah, seseorang yang mampu menghadapi duka PHK itu dengan kepala tegak, dan lalu justru menemukan sekeping kebahagiaan dibaliknya mungkin adalah insan yang ajaib. Dan persis kisah orang seperti itulah yang hendak kita bincangkan di pagi yang cerah ini. Namun sebelum kita meneruskan sajian ini, silakan seruput dulu setetes teh hangat yang mungkin sekarang ada di depan Anda. Read the rest of this entry »

Formula Kenaikan Gaji dan Pemberian Bonus

building-re.jpgTahun 2010 telah menyapa manis. Jadi berapa persen kira-kira gaji Anda akan dinaikkan oleh kantor Anda bekerja? Dan berapa bonus yang kira-kira Anda terima? Tentu semakin tinggi, semakin bagus – sebab kalau segitu-gitu aja, yah…..pan harga sekilo cabe rawit sebentar akan naik lagi. Kalau gaji naeknya segitu-gitu aja dan bonusnya zero, mana bisa kita nabung buat hidup masa depan?
Idealnya besaran kenaikan gaji dan bonus itu juga bisa bersifat fair : maksudnya mereka yang memang kinerjanya bagus tentu berhak mendapatkan persen kenaikan gaji dan bonus yang lebih aduhai dibanding mereka yang kerjanya ngasal dan berkualitas brekele.
Sayangnya, membangun sistem yang mampu membedakan great perfomers dengan poor performers ndak semudah membikin indomie rebus. Alhasil, masih banyak perusahaan yang kemudian menyamaratakan besaran kenaikan gaji dan bonus tahunannya kepada semua pegawainya. Ndak peduli bahwa ada diantara mereka yang sungguh-sungguh bekerja keras memeras keringat, dan ada juga yang bekerja alakadarnya. Read the rest of this entry »

Strategi + Manajemen : Best Articles in 2009

sunsetre.jpgMinggu ini adalah minggu terakhir dalam tahun 2009. Rasanya baru kemarin kita menjemput tahun 2009; lalu tiba-tiba sekarang kita sudah disergap dengan kehadiran tahun baru 2010. Time flies my friends, dan tanpa sadar kita makin bertambah usia. Hidup memang sungguh terasa amat pendek.
Lalu tanpa henti, di sepanjang tahun 2009 ini, Blog Strategi + Manajemen senantiasa berikhtiar untuk menghadirkan pengetahuan dan gagasan renyah setiap Senin pagi. Mudah-mudahan setiap keping pengetahuan dan gagasan yang dihadirkan disini dapat memberikan manfaat bagi Anda semua.
Berikut tiga artikel favorit atau katakanlah artikel pilihan yang diseleksi dari serangkaian tulisan yang hadir di sepanjang tahun 2009 pada Blog Strategi + Manajemen. Ketiga tulisan ini, seperti biasanya, mencoba merepresentasikan ruh sejati dari blog ini : ditulis dengan bahasa yang renyah, dipenuhi dengan elemen pengetahuan yang segar, dan yang juga penting, timeless. Maksudnya tidak terikat oleh waktu. Itu artinya, meski mungkin Anda pernah membaca tiga tulisan itu, membacanya kembali tetap merupakan sebuah ritual pengetahuan yang bermanfaat. Read the rest of this entry »

4 Pilar Creative Thinking Skills

kursi-meeting-di-lapangan-re.jpgKetika dinamika bisnis melaju dengan kecepatan yang kian rancak, maka elemen kreativitas boleh jadi merupakan sekeping ketrampilan yang kudu dipeluk dengan penuh kesungguhan. Tanpa kemahiran meracik inovasi, sebuah organisasi mungkin bisa tergeletak sia-sia ditengah kepungan para pesaingnya yang terus menari-nari dengan gagasan kreatif tanpa henti.
Inovasi dan daya kreativitas tentu saja tak hanya terbentang pada arena product development – sebuah arena dimana inovasi telah menjadi jantung. Daya kreativitas juga mesti melenting dalam sejumlah arena lainnya, mulai dari arena proses penyelesaian pekerjaan, proses pelayanan pelanggan, hingga proses pengembangan SDM. Dengan kata lain, creative thinking skills selayaknya diinjeksikan dalam segenap lini yang melingkupi sebuah organisasi. Sebab sebuah organisasi yang kreatif dalam segenap proses bisnisnya niscaya memiliki sepercik asa untuk terus mengibarkan kejayaannya. Read the rest of this entry »

Jurus Jitu Membangun Learning Organization

water-building-re.jpgKetika ‘learning organization’ telah menjelmakan dirinya dalam wujud yang sempurna, maka ia ibarat sebuah taman impian. Itulah taman dimana semua penghuninya terangsang untuk terus menerus belajar, dan dengan penuh semangat saling berbagi pengetahuan serta pengalaman. Sebuah taman dimana semua anggotanya dinaungi spirit keriangan untuk selalu mempersembahkan karya terbaik.
Lalu, apa itu learning organization atau organisasi pembelajar ? Secara general, konsep ini dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk terus menerus melakukan proses pembelajaran (self learning) – sehingga organisasi tersebut memiliki ‘kecepatan berpikir dan bertindak’ dalam merespon beragam perubahan yang muncul. Read the rest of this entry »

Sekolah Bisnis Terbaik di Indonesia

building-re.jpgPerguruan tinggi yang menawarkan program magister manajemen (sering disebut sebagai MM) kini makin menjamur bak cendawan di musin hujan. Semua berlomba-lomba mempromosikan programnya sebagai yang terbaik. Namun siapa diantara mereka yang sejatinya layak dianggap sebagai sekolah bisnis yang kredibel?
Majalah SWA edisi terbaru mencoba menjawab pertanyaan itu. Terakhir mereka melakukan survei serupa adalah pada tahun 2003 atau sekitar enam tahun silam. Ada dua versi peringkat sekolah bisnis terbaik yang dirilis oleh majalah SWA edisi terbaru ini. Versi yang pertama adalah ranking terbaik berdasar pendapat peserta program dan alumninya. Versi yang kedua adalah ranking terbaik berdasar pendapat user (pemakai), dalam hal ini diwakili oleh para profesional HRD. Read the rest of this entry »

Sepotong Kisah tentang Strategi Inovasi Apple

ipod-resize.jpgSetiap 10 tahun sekali majalah bisnis Fortune memilih CEO of the Decade atau semacam kapten bisnis terhebat sepanjang 10 tahun. Kali ini pada tahun 2009 atau menjelang pergantian dasawarsa mereka menjatuhkan pilihannya pada sosok bernama Steve Jobs. Sosok karismatik ini kita tahu merupakan tokoh legendaris dibalik menjulangnya nama Apple dalam jagat kompetisi produk-produk digital.
Kalaulah kita hendak mendulang sebuah eksemplar yang nyaris sempurna tentang INOVASI, maka perusahaan Apple mungkin pilihan yang tak terelakkan. Hampir semua perusahan di dunia, termasuk pesaingnya Sony, Nokia dan Micorosoft, dipaksa untuk terkesima menyaksikan serangkaian inovasi nan brilian yang diracik oleh Steve dan pasukannya.
Apple, dengan Steve Jobs sebagai Sang Master-nya, memang telah mendemonstrasikan bagaimana kekuatan inovasi dan daya kreativitas disenyawakan dalam parade produk-produk nan elegan. Yang mungkin perlu juga dicatat adalah ini : melalui parade produk brilian ini Apple telah merubah secara radikal lansekap bisnis dalam tiga industri yang berbeda, yakni industri PC, musik, dan telekomunikasi. Read the rest of this entry »

08/01/10

Kekuatan-persepsi-dalam-membentuk-kepuasan-pelanggan.

Apakah gelas separo kosong atau separo terisi? Definisi terletak pada sudut pandang pelanggan.
Bukankah menarik bagaimana persepsi kita mengatur keyakinan dan tindakan kita? Banyak riset mengenai otak yang mendukung gagasan bahwa apa yang kita artikan mendefinisikan kenyataan kita. Artikel ini menguji peran persepsi dalam pikiran pelanggan.
Orang Menilai Mutu dengan Berbagai Cara
Terlepas dari seberapa baik Anda yakin dengan penawaran atau solusi proyek, klien dan pelanggan akan merespon “mutu dalam persepsi” bahkan lebih dari “mutu pada kenyataannya.”
Mutu dalam kenyataan mengacu pada fitur yang kita yakini akan kita bayar, seperti berapa berat sesuatu, kecepatannya, atau berbagai karakteristik lainnya.
Mutu dalam persepsi menyinggung hal-hal yang membutuhkan pertimbangan tertentu, perilaku sopan, perhatian dan personal, dan banyak kepelikan lain yang membuat kita percaya bahwa kita menerima lebih dari apa yang kita bayarkan. Mutu yang efektif dalam persepsi bisa membantu menutup kekurangan di gap manapun dalam mutu yang bisa menganggu atau membuat pelanggan tidak nyaman.
Seringkali, Nilai yang Diterima Bukan Tentang Harga
Beberapa tahun lalu, saya seorang mediator relawan di sistem Small Claims Court. Selama saya terlibat di sistem tersebut, saya dibuat takjub dengan jumlah kasus yang melibatkan kesalahan atau tidak kompeten yang tidak bisa dibuktikan. Orang sering menuntut  bisnis seperti jasa pembersihan serangga dan cat mobil, dan bahkan mantan teman baik dan penyedia perawatan kesehatan menerima berbagai keluhan! Tuntutan seringkali mencari sejumlah kecil kompensasi, yang berarti aspek finansial bukan perhatian utama.
Yang seringkali muncul dalam sesi mediasi adalah penggugat merasa jika vendor, penyedia jasa, penyedia jasa kesehatan, atau mantan teman tidak mendengarkan apa yang menjadi kekhawatirannya.  Banyak penggugat percaya jika kekhawatiran mereka terkait dengan kekurangan di bidang jasa, produk, atau komunikasi diabaikan begitu saja.
Namun, jika terdakwa dalam kasus ini meminta maaf secara tulus lebih awal – dan berupaya untuk mengkomunikasikan serta mengambil tindakan untuk melakukan perbaikan – saya yakin mutu yang dihasilkan dari persepsi akan mencegah terjadinya banyak tuntutan hukum, meski dalam kenyataannya mutu masih menjadi sesuatu yang diharapkan.
Bukti Baru Akan Kekuatan Permohonan Maaf
Baru-baru ini New York Times melaporkan bahwa permintaan maaf yang tulus dari dokter, ahli bedah, dan rumah sakit yang sudah membuat kesalahan medis yang serius berdampak besar dalam menurunkan kemungkinan pasien menuntut terjadinya malpraktik. Sebagai tambahan, pasien yang bersedia  menyelesaikan diluar pengadilan biasanya menerima pembayaran penyelesaian yang lebih rendah daripada ketika dokter menjadi defensif dan mengingkari apa yang terjadi.
“Mengingkari dan mempertahankan” adalah advis yang diberikan oleh pengacara malpraktek dan asuransi pada para dokter di Amerika, menurut Times. Studi menunjukkan bahwa sedikitnya 30 persen kesalahan medis tidak diungkapkan pada pasien. Namun, karena klaim malpraktek telah membuat biaya pengobatan meroket, perubahan drastis dalam pendekatan penangganan situasi dengan tekanan yang tinggi ini sangat dibutuhkan.
Menurut artikel, dua tahun lalu, Universitas  Illinois Medical Center melakukan program yang secara terbuka mengakui dan meminta maaf atas kesalahan medis yang dibuat. Sejak itu, frekwensi kasus malpraktik terhadap pusat tersebut menurun hingga separonya. Dan dari 37 kasus dimana rumah sakit mengakui kesalahan yang bisa dicegah dan meminta maaf, hanya 1 pasien yang mengajukan gugatan.
Pada situasi pasien yang dijabarkan dalam artikel, “dokter benar-benar terbuka, jujur, dan apa adanya sehingga menghilangkan kemarahan” Permohonan maaf ini juga membantu menyelesaikan menurunkan masalah secara signifikan.
Menciptakan Persepsi Tanpa Klaim
Untuk membantu memastikan keterlanjutan persepsi pelanggan, kita perlu menciptakan pengalaman yang menyenangkan secara konsisten di setiap interaksi dengan individu, mulai dari mengunjungi Web site atau tempat kunjungan, menanyakan informasi, membeli produk, menerima pengiriman,  berinteraksi dengan dengan produk atau jasa yang aktual,  meminta bantuan, dsb.
Pertimbangkan poin penting ini: Orang menerima serangkaian interaksi dengan organisasi dan penawaran Anda sebagai sebuah kesatuan pengalaman – seolah-olah setiap orang dan segala sesuatunya mewakili sehelai benang dalam selembar kain.
Pelanggan tidak peduli apapun dibalik bisnis Anda, apakah bisnis Anda tersebar dipenjuru dunia, atau hanya departemen individu yang terdiri dari kontraktor atau karyawan. Kapanpun pelanggan membutuhkan dukungan teknis, misalnya, mereka berharap mereka tahu semua aspek yang diiklankan di Web site yang menjadi produknya.
Jadi,  jika ada terputusnya jenis komunikasi apapun, Anda bisa menjelaskannya pada diri Anda, tapi tidak ada penjelasan secara logis di pikiran pelanggan.
Resep Untuk Meningkatkan Mutu dalam Persepsi
Temuan penting ini menunjukkan kekuatan permohonan maaf dan komunikasi langsung dalam mempengaruhi persepsi klien, pelanggan, atau pasien. Untuk memastikan Anda tidak mengabaikan cara untuk menciptakan mutu dalam persepsi, pertimbangkan:
  1. Perlakuan khusus yang bisa membedakan penawaran Anda dengan pesaing.
  2. Kemampuan Anda untuk mendengarkan dan menangani masalah dengan cepat dan diplomatis.
  3. Kesediaan Anda untuk jujur dengan klien mengenai masalah dan kekurangannya.
  4. Komunikasi yang jelas, langsung, dan sopan yang menyatakan konsistensi detil.
Ingatlah, mutu dalam persepsi bukanlah pengganti mutu dalam nyata. Namun ini bisa meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dan klien, serta mendorong memberikan mutu yang bagus saat Anda benar-benar melakukannya.(pengusahamuslim.com) www.suaramedia.com

WANITA PERTAMA YANG JADI JENDRALTNI AL.




Jakarta - Sepanjang sejarah TNI AL, hanya ada satu wanita yang menyandang bintang di pundaknya. Dialah Laksamana Pertama Christina M Rantetana, satu-satunya wanita yang menjadi perwira tinggi di tubuh TNI AL.

Christina saat ini bertugas sebagai Staf Ahli Menkopolhukam bidang Ideologi dan Konstitusi, sekaligus PLT Deputi 6 bidang Kesatuan Bangsa di kantor yang sama.
     
Wanita kelahiran Tanah Toraja 55 tahun lalu ini, bergabung bersama TNI AL melalui program sekolah perwira sukarela tahun 1979.

Berbagai penugasan pernah dijalani sarjana kesehatan masyarakat ini. Termasuk berkiprah di Senayan selama 2 periode di Fraksi TNI/Polri tahun 1997-1999, dan tahun
1999-2004. Pada periode inilah, ibu 5 anak tersebut menjadi sekretaris Fraksi TNI/Polri.

Pada tanggal 1 November 2002, Laksamana Bernard Kent Sondakh melantiknya menjadi perwira tinggi wanita pertama TNI AL.

"Saya bangga negara mempercayai saya. Tapi ini juga tantangan karena tugas perwira tinggi itu tidak ringan," ujar Christina usai perayaan HUT ke-47 Kowal di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (5/1/2010).

Christina mengaku selalu bekerja keras dan terus bekerja cerdas. Menjadi seorang ibu, sekaligus seorang laksamana dengan tugas menumpuk tentu tidaklah mudah.

"Saya bagi skala prioritas. Kadang saya kerja malam-malam," terangnya.

Di HUT ke-47 Kowal, Christina melihat kultur yang ada di masyarakat kurang membuat wanita bisa berkiprah. Menurutnya, dalam pola pikir masyarakat, wanita
masih identik dengan konsumsi, protokoler, administrasi atau kesehatan.

"Ini kultur yang secara perlahan-lahan harus diubah. Di Australia, wanita sudah bisa bekerja di kapal selam," terangnya.

Christina pun berharap, suatu saat Kowal dapat bertugas secara reguler di kapal perang, atau menjadi bagian inti dari pasukan elit TNI AL seperti Denjaka dan Taifib.

"Why not?" tukas Master of Public Health, lulusan Tulane University, New Orleans, ini.

Sebagai langkah awal, Christina berharap Akademi Angkatan Laut (AAL) mau membuka kesempatan bagi remaja putri untuk mendaftar.

Menurutnya, sulit bagi wanita lulusan sarjana yang masuk melalui jalur untuk perwira karir bersaing dengan lulusan AAL, karena perbedaan spektrum penugasan.

Bukan tidak mungkin AAL membuka kesempatan bagi remaja putri. Karena Akademi Kepolisian pun sudah membuka kesempatan bagi wanita untuk menjadi taruna.

"Waktu itu pelantikan anak saya dari Akpol, saya beri selamat pada para taruna putri yang lulus. Saya bilang selamat, kalian hebat. Mereka bilang, ibu yang hebat sudah brigjen. Saya balas saya tidak bisa jadi KSAL, tapi kalian bisa jadi Kapolri karena lulusan Akpol," kisahnya.
(rdf/gus)


Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!